Show simple item record

dc.contributor.authorPurba, Gandi Y.S.
dc.contributor.authorHaryono, Eko
dc.contributor.authorSunarto, S.
dc.date.accessioned2017-08-05T06:08:40Z
dc.date.available2017-08-05T06:08:40Z
dc.date.issued2017-05-22
dc.identifier.citationBemmelen, R.W. Van., 1949, The Geology of Indonesia : General Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes, Vol 1A, The Hague : Goverment Printing Office. Cerrano,C., Azzini, F., Bavestrello, G., Calcinai, B., Pansini, M., Sarti, M., dan Thung, D., 2006, “Marine lakes of karst islands in Ha Long Bay (Vietnam), Chemistry and Ecology”, Vol. 22, No. 6, hal. 489–500. Colin, P.L., 2009, Marine Environments of Palau, Sand Diego : Indo-Pacific Press. Horton, B. O., Gibbard, P.L., Milne, G.M., Morley, R.J., Purintavaragul, C., Stargardt, J.M., 2005, “Holocene Sea Level and Paleoenviroments, Malay- Thai Peninsula, Southeast Asia”, The Holocene 15,8 (2005), hal. 1199-1213. Lewis, Stephen E, Sloss, Craig R, Muray-Wallace, Colin V, Woodroffe, Colin D, Smithers Scoot G. 2013. Post-glacial sea-level changes around the Australian margin: a review. Quaternary Science Reviews 74: 115-138. Sathiamurthy, E., Voris H.K., 2006, Map of Holocene Sea Level Transgression and Submerged Lake on the Sunda Shelf. The Natural History Journal of Chulalongkorn University. Suplement 2 : 1-43. Tjia, H.D., 1992, “Holocene Sea-level Changes in the Malay-Thai Peninsula, a Tectonically Stable Environment”, Geol. Soc. Malaysia, Bulletin 31, July 1992, hal. 157-176. Tjia, H. D dan Mastura, S., 2013, Sea Level Change in Peninsular Malaysia : Geological Record. Kuala Lumpur : Penerbit Universiti Kebangsaan Malaysia. Tomascik, T., Mah, A.J., Nontji, A., Moosa, M.K., 1997, Attols and Raised Islands, dalam The Ecology of Indonesia Seas Part 1, Singapore : Periplus Editions (HK) Ltd, hal. 770. Voris, H. K, 2000. Maps of Pleistocene sea levels in Southeast Asia: shorelines, river systems and time durations. Journal of Biogeography, 27 : 1153-1167in_ID
dc.identifier.isbn978-602-361-072-3
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/9182
dc.description.abstractDanau laut adalah ekosistem unik yang permukaannya terisolasi dari laut (landlock). Walaupun dipermukaan terlihat tidak ada hubungannya dengan laut, namun danau ini terhubung melalui gua, terowongan, lubang, rekahan, atau sistem perairan dasar danau.Terdapat lebih dari 200 danau laut yang terkosentrasi besar di empat lokasi di seluruh dunia. Lokasi-lokasi ini memiliki karakteristik karst semi-submerged terhadap laut, yakni Bahamas, Palau, Vietnam dan Indonesia (Papua Barat, Kalimantan Timur). Di Raja Ampat Papua Barat baru diketahui sekitar 55 danau laut. Lima belas terdapat di Wayag dan Gam, dan 40 lainnya di Pulau Misool. Penelitian ini ingin mengetahui kapan Danau Laut di Misool terbentuk. Metode yang dilakukan adalah dengan mengetahui kedalaman maksimal setiap danau yang diukur melalui tampilan batimetrinya. Ada 7 buah danau yang diukur, yakni Lenamkana, Balbullol, Lenkafal, Keramat, Keramat 2, Keramat 3, dan Kawarapop. Di sebelah laut dari danau ini, diukur sebanyak 24 profil teras marin untuk mengetahui akumulasi panjang teras terbentuk. Hasil yang didapatkan teras terpanjang adalah -3m (450 m) dan -30 m (200 m).Formasi danau erat hubungannya dengan kenaikan muka laut. Danau di Misool terbentuk pada Holosen dan berumur lebih muda daripada di Palau. Danau laut di Misool yang paling dalam, yakni Danau Balbullol berumur paling tidak dimulai tenggelam 9250 BP. Selanjutnya setelah 9250 BP muka air terus naik mengisi bagian-bagian yang cekung lainnya. Danau laut yang terakhir terbentuk adalah Danau Karawapop, karena danau ini yang paling dangkal.in_ID
dc.language.isoidin_ID
dc.publisherMuhammadiyah University Pressin_ID
dc.subjectDanau lautin_ID
dc.subjectMisoolin_ID
dc.subjectRaja Ampatin_ID
dc.subjectmuka air lautin_ID
dc.titleKapan Terbentuknya Danau Laut Misool Raja Ampat?in_ID
dc.typeArticlein_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record