Show simple item record

dc.contributor.authorPrasetyo, Anggoro Hadhi
dc.contributor.authorLestari, Rini
dc.date.accessioned2017-08-18T03:53:49Z
dc.date.available2017-08-18T03:53:49Z
dc.date.issued2017-04-29
dc.identifier.citationAlwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Ariyani, E., D. (2013). Gambaran Mengenai Subjective Well-Being Pada Mahasiswa Yang Berprestasi Di Lingkungan Politeknik Manufaktur Negeri Bandung. Prosiding Seminar Nasional Psikologi UNISBA. ISBN 978-979-8634-44-4, 167-174. Diunduh dari: www. polman-bandung.ac.id/panel/view/pdf/6.%20Gambaran%20Mengenai%20Subjective.. (Emma).pdf Bastaman, H. D. (1996). Meraih Hidup Bermakna, Kisah Pribadi dengan Pengalaman Tragis. Jakarta: Penerbit Paramadina. Compton, W. C. (2005). Introduction to Positive Psychology. USA: Thomson Learning. Diener, E., Suh, E. M., Lucas, R. E., & Smith, H. L. (1999). Subjective Well-Being: Three Decades of Progress. Psychological Bulletin, 125(2), 276-302. Diunduh dari: https:// internal.psychology.illinois.edu/~ediener/Documents/Diener-Suh-Lucas-Smith_1999. pdf Elfida, D., Lestari, Y. I., Diamera, A., Angraeni, R., & Islami, S. (2014). Hubungan Baik Dengan Orang yang Signifikan dan Kontribusinya Terhadap Kebahagiaan Remaja Indonesia. Jurnal Psikologi, 10(2), 66-73. Diunduh dari: http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/ psikologi/article/download/1182/1074 Eryilmaz, A. (2011). Satisfaction of Needs and Determining of Life Goals: A Model of Subjective Well-Being for Adolescents in High School. Educational Sciences: Theory & Practice, 11(4). Diunduh dari: files.eric.ed.gov/fulltext/EJ962673.pdf Gunarsa, S. D. (2002). Psikologi Untuk Membimbing. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hamdana, F., & Alhamdu. (2015). Subjective Well-Being Siswa MAN 3 Palembang yang Tinggal di Asrama. PSIKIS-Jurnal Psikologi Islami, 1(1). Diunduh dari: http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/psikis/article/download/560/498 Herdiansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. King, L. A. (2010). Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika. Linely, P. A., & Joseph, S. (2004). Positive Psychology in Practice. New Jersey: John Wiley & Sons. Inc. Nayana, F. N. (2013). Kefungsian Keluarga dan Subjective Well-Being pada Remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1(2), 230-244. Diunduh dari: http://ejournal.umm.ac.id/index. php/jipt/article/viewFile/1580/1680 Pramudita, R. (2014). Hubungan antara Self-Efficacy dengan Subjective Well-Being pada Siswa SMA Negeri I Belitang. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Ryff, C. D. (1989). Happiness Is Everything, or Is It? Explorations on the Meaning of Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology, 57(6), 10681081. Diunduh dari: aging.wisc.edu/pdfs/379.pdf Ryff, C. D., & Keyes, L. M. (1995). The Structure of Psychological Well-Being Revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69(4), 719-727. Diunduh dari: midus. wisc.edu/findings/pdfs/830.pdfin_ID
dc.identifier.isbn978-602-361-068-6
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/9259
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan kondisi subjective well-being pada siswa SMP yang membolos. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptifkualitatif dengan model penelitian fenomenologi, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa perempuan lebih sering membolos daripada siswa laki-laki. Mereka merasa tidak puas dengan yang dirasakan pada keadaannya saat ini yaitu bosan, sedih, serta belum menemukan sesuatu yang bisa membuat senang dan salah satu dari mereka merasa menyesal karena membolos sekolah. Subjek memiliki hubungan yang tidak baik dengan orang tua dan guru, mereka merasa tidak nyaman saat berada di sekolah karena tidak menyukai teman di sekolah, tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan merasa capek untuk sekolah. Oleh sebab itu, subjek tidak dapat menolak ajakan dari teman untuk membolos karena mereka menjadikan bolos sekolah sebagai cara untuk menyelesaikan masalah yang dialami. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi subjective wellbeing pada siswa yang membolos adalah hubungan sosial, faktor kepribadian, faktor optimisme dan rasa syukur, pengalaman, dan keyakinan dalam diri.in_ID
dc.language.isoidin_ID
dc.publisherMuhammadiyah University Pressin_ID
dc.subjectmembolosin_ID
dc.subjectremajain_ID
dc.subjectsiswa SMPin_ID
dc.subjectsubjective well-beingin_ID
dc.titleSubjective Well-Being Pada Siswa SMP yang Membolosin_ID
dc.typeArticlein_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record