Show simple item record

dc.date.accessioned2017-08-21T07:04:11Z
dc.date.available2017-08-21T07:04:11Z
dc.date.issued2017-04-29
dc.identifier.citationBaron, R., dan Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial Jilid 2 Edisi 10. Jakarta: Erlangga. Diener, E. (2000). Subjective Well-Being, The Science of Happiness and a Proposal for a National Index. American Psychologist , 55 (1) 34-43. Diener, E., Oishi, S., dan Lucas, R. E. (2002). Subjective Well Being: The Science Of Happiness and Life Satisfaction. Dalam C. R. Snyder, Shane J. Lopes (Ed). Handbook of Possitive Psychology (Hal 63-73). United Kingdom: Oxford University Press Diener, E., Suh, E., dan Oishi, S. (1997, Maret). Recent Findings on Subjective Well-Being. diunduh dari http://209-197-41-56.unassigned.ntelos.net/images/stories/library/ Stennett_Psychology_Articles/Recent%20Findings%20on%20Subjective%20WellBeing.pdf Eid, M., dan Larsen, R. J. (2008). The Science Of Subjective Well-Being. New York: A Division Of Guilford Publications, Inc. Feist, J., & Feist, G. J. (2012). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika. Hakim, L. (2004). Metodologi Penelitian. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Herdiansyah, H. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika. Indriyani, D. (2011). Konseling Infertilitas. The Indonesian Journal Of Health Science , 1 (2). 83-94. Joshi, H. L., Singh, R., dan Bindhu. (2009). Psychological Distress, Coping and Subjective Wellbeing among Infertile Woman . Journal of the Indian Academy of Applied Psychology , 35 (2) 329-336. Keyes, C. L., Shmotkin, D., dan Ryff, C. D. (2002). Optimizing Well-Being: The Empirical Encounter of Two Traditions. Journal of Personality and Social Psychology , 82 (6), 1007–1022. Mayangsari, I. (2012). Parenting Self-efficiacy Pada Ibu Yang Memiliki Anak Adopsi Usia Kanak-kanak Madya. Skripsi, Universitas Indonesia. Myers, D. G., dan Diener, E. (1995). Who Is Happy? Psychological Science , 6 (1) 10-17. Myrskylä, M., dan Margolis, R. (2012). Happiness: Before and After the Kids. Max-Planck- Institut für demografi sche Forschung , 1-43. Ryani, A. (2016, Juli 19). Apakah Anda Memenuhi 15 Tanda Pernikahan Bahagia Ini? dinduh dari http://tabloidnova.com/Keluarga/Pasangan/Apakah-Anda-Memenuhi-15-TandaPernikahan-Bahagia-Ini Santoso, L. (2014). Penerimaan Pasangan Suami Istri Terhadap Infoluntary Childlessness Dalam Folm Test Pack: You’re My Baby. Jurnal E-komunikasi , 2 (2) 1-10. Taufik. (2010). Psikologi Untuk Kebidanan Dari Teori Ke Praktek. Surakarta: Eastview. Ulfah, S. M., dan Mulyana, O. P. (2014). Gambaran Subjective Well-being pada Wanita Involuntary Childless. Jurnal Psikologi Character , 02 (3) 1-10. Wijayanti, H., dan Nurwianti, F. (2010). Kekuatan Karakter Dan Kebahagiaan Pada Suku Jawa. Jurnal Psikologi , 3 (2) 114-122. Wirawan, H. E. (2009). Kebahagiaan Menurut Dewasa Muda Indonesia. (online). Jakarta: Universitas Tarumanegara. Diakses pada 6 Maret 2017. Zaini, M. (1999). Adopsi Suatu Tinjauan dari Segi Tiga Sistem Hukum. Jakarta: Bina Aksara.in_ID
dc.identifier.isbn978-602-361-068-6
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/9289
dc.description.abstractPada umumnya, pasangan menikah memiliki keinginan untuk memperoleh keturunan, namun tidak semua pasangan langsung mendapatkan anak pasca pernikahannya. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran subjective well being pada pasangan yang belum memiliki anak kandung tetapi memiliki anak angkat dan faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well being. Subjek penelitian ini adalah tiga pasang suami-istri yang belum memiliki anak kandung tetapi memiliki anak angkat di Kabupaten Karanganyar. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Analisis data menggunakan teknik analisis interaktif. Penelitian ini menemukan bahwa pada awalnya keenam subjek sering mengalami afeksi negatif dan jarang merasakan afeksi positif, namun dengan hadirnya anak dan dukungan dari pasangan dan orang tua mampu membuat subjek bangkit dari kesedihan. Selain itu, subjek menemukan kepuasan hidupnya dari pengalaman menyenangkan pada masa lalu, memiliki tujuan hidup, memandang positif terhadap dirinya dan mensyukuri apa yang telah ada. Faktor yang mempengaruhi subjective well being pada subjek adalah pengalaman menyenangkan dan menyedihkan, rasa syukur, ikhlas dan pasrah terhadap keadaan yang dijalaninya, dukungan dari keluarga, hubungan positif dengan pasangan dan anak, kasih sayang keluarga, memiliki waktu berkualitas bersama keluarga, serta menghabiskan waktu luang bersama pasangan dan anak.in_ID
dc.language.isoidin_ID
dc.publisherMuhammadiyah University Pressin_ID
dc.subjectanak angkatin_ID
dc.subjectpasangan yang belum memiliki anak kandungin_ID
dc.subjectsubjective well-beingin_ID
dc.titleSubjective Well-Being Pada Pasangan yang Belum Memiliki Anak Kandung Tetapi Memiliki Anak Angkatin_ID
dc.typeArticlein_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record