VIABILITAS BIJI SENGON PENYIMPANAN 6 BULAN DAN 23 TAHUN
dc.contributor.author | Baskorowati, Liliana | |
dc.contributor.author | Setiadi, Dedi | |
dc.contributor.author | Fauzi, Mohammad Anis | |
dc.date.accessioned | 2017-10-20T02:23:41Z | |
dc.date.available | 2017-10-20T02:23:41Z | |
dc.date.issued | 2017-05 | |
dc.identifier.citation | Achmad., Widajati, E., Vityaningsih, S.S., 2012. Kuantitas dan kualitas kecambah sengon pada beberapa tingkat viabilitas benih dan inokulasi Rhizoctonia sp. Jurnal Silvikultur Tropika, 1(3): 49-56. Anggraeni, I., Lelana, N.E. 2011. Penyakit Karat Tumor pada Sengon. Jakarta: Manggala Wanabakti. Baskorowati, L., & Nurrohmah, S.H. 2011. Variasi Ketahanan Terhadap penyakit Karat Tumor Pada Sengon Tingkat Semai. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 5(3):129-138. Baskorowati, L., Susanto, M., Charomaeni. 2012. Genetic Variability in Resistance of Falcataria moluccana (Miq.) Barneby & J. W. Grimes to Gall Rust Disease. Journal of Forestry Research, 9(1):1-9. BBPPBPTH, 2015. Laporan Tahunan Pemuliaan dan Bioteknologi Sengon Toleran Karat Tumor. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. 2014. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. Charomaini, M., & Ismail, B. 2008. Indikasi Awal Ketahanan Sengon (Falcataria moluccana) Provenan Papua terhadap Jamur Uromycladium tepperianum Penyebab Penyakit Karat Tumor (Gall Rust). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 2(2): 31-39. Dongsa-ard, C., McTaggart, A.R., Geering, A.D.W. 2015. Uromycladium falcatarium sp. Nov., the cause of gall rust on Paraserianthes falcataria in south-east Asia. Australasian Plant Pathology 44(1): 25-30. Hakim, I., Indartik., Suyandari, E.Y. 2009. Analisis tataniaga dan pasar kayu sengon di Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan 6: 99-115. Iskandar MI. 2006. Pemanfaatan kayu hutan rakyat sengon untuk kayu rakitan. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan, 183195. Krisnawati, H., Varis, E., Kallio, M., Kanninen, M. 2011. Paraserianthes falcataria (L.)Nielsen, Ecology, Silvicuture and Productivity. CIFOR. Bogor. Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Kanisius. Yogyakarta Mulyana, D., & Asmarahman, C., 2012. Untung besar dari bertanam sengon. PT Agromedia Pustaka, Jakarta. Pasaribu, R.A., & Roliadi, H. 2006. Kajian potensi kayu pertukangan dari hutan rakyat pada beberapa kabupaten di Jawa Barat. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan, 35-48. Rahayu, S., Lee, S., Aini, A. S., Shaleh, G. 2009. Responses of Falcataria moluccana seedlings of Different Seed Sources to Inoculation with Uromycladium tepperianum. Sivae Genetica, 58:62-67 Rahayu, S. 2014. Strategi Pengelolaan Penyakit Tanaman Hutan di Indonesia: Penyakit Karat Tumor pada Tanaman Sengon (Falcataria moluccana). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rudjiman. 1994. Dendrologi. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan UGM, Yogyakarta. Seido, K., & Widyatmoko, A.Y.P.B.C. 1993. Genetic Variation at Four Allozyme Loci in Paraserianthes falcataria at Wamena in Irian Jaya. Forest Tree Improvement Project Technical Report. Yogyakarta. Siregar, I.Z., Yunanto, T., Ratnasari, J. 2010. Kayu Sengon: Prospek Bisnis, Budidaya, Panen, dan Pascapanen. Jakarta: Penebar Swadaya. Suharyanto, Rimbawanto, A., Isoda, K. 2002. Genetic Diversity and Relationship Analysis on Paraserianthes falcataria Revealed by RAPD Marker. In A. Rimbawanto and M. Susanto (eds.). Proceedings International Seminar “Advances in Genetic Improvement of Tropical Tree Species”. Centre for Forest Biotechnology and Tree Improvement. Yogyakarta. Indonesia. Wibowo, M.A. 2012. Pengaruh fungisida metil tiofanat terhadap perkecambahan benih dan perkembangan karat tumor pada semai sengon. [skripsi]. Yogyakarta, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. | in_ID |
dc.identifier.issn | 2527-533X | |
dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/11617/9313 | |
dc.description.abstract | Sengon yang banyak dikembangkan oleh masyarakat di Jawa karena cepat tumbuh dan mempunyai pangsa pasar kayu yang bagus. Hal tersebut menyebabkan permintaan akan bibit sengon di masyarakat sangat tinggi. Pembibitan sengon selama ini dilakukan melalui penyemaian biji yang didapat dari tanaman-tamanan sengon disekitarnya. Untuk menunjang penyediaan bibit, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui viabilitas biji sengon setelah penyimpanan yang lama (23 tahun)dan penyimpanan selama 6 bulan. Penelitian dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan pada bulan Januari sampai Maret 2017. Benih sengon yang digunakan adalah benih sengon yang dieksplorasi dari 5 provenan (daerah asal) di Wamena dan Jawa untuk uji umur 6 bulan; serta 5 provenan dari Wamena untuk uji umur 23 tahun oleh tim peneliti sengon B2P2PBPTH. Benih sengon tersebut disimpan di dalam plastik tertutup yang dimasukkan ke dalam botol plastik dan disimpan dalam DCS (Dry Cold Storage)dengan suhu -5 o C. Pengujian viabilitas benih dilakukan dengan menabur benih masing masing 25 biji menggunakan petridish, dan jumlah benih yang berekecambah diamati pada hari ke 2. 5 dan 7. Pertumbuhan tinggi semai umur 1 bulan dicatat, untuk mengetahui laju pertumbuhannya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perkecambahan maksimal terjadi pada hari ke 7 dan tidak terjadi penambahan kecambah pada hari ke 9. Kemampuan kecambah sengon dengan lama simpan 6 bulan menunjukkan perbedaan yang nyata antar provenan dengan nilai F hitung = 3.391 dan P (sig) = 0.000; sedangkan yang dengan lama simpan 23 tahun tidak berbeda secara nyata antar provenan. Rerata persen kecambah untuk benih dengan penyimpanan 6 bulan : 81,99% sedangkan dengan penyimpanan 23 tahun : 60,31%. Analisis data pengukuran tinggi semai sengon umur 1 bulan dari benih yang disimpan selama 6 bulan menunjukan perbedaan yang sangat nyata antar provenan; semai sengon dari Elagiama mencapai rerata tinggi 8.67 cm; pertumbuhan tinggi terendah adalah semai yang berasal dari Wonosobo (5.98 cm). Variasi pertumbuhan semai sengon umur 1 bulan antar provenan Wamena juga ditunjukkan dari benih sengon yang sudah disimpan selama 23 tahun. Secara umum benih yang masih baru (disimpan 6 bulan) mempunyai kemampuan tumbuh yang lebih baik dibandingkan dengan benih yang sudah lama tersimpan (23 tahun). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa biji sengon dapat disimpan di DCS dalam waktu yang lama, meskipun terjadi penurunan viabilitas. | in_ID |
dc.language.iso | id | in_ID |
dc.publisher | Muhammadiyah University Press | in_ID |
dc.subject | sengon | in_ID |
dc.subject | viabilitas | in_ID |
dc.subject | penyimpanan | in_ID |
dc.subject | dry cold storage | in_ID |
dc.subject | pertumbuhan | in_ID |
dc.subject | semai | in_ID |
dc.title | VIABILITAS BIJI SENGON PENYIMPANAN 6 BULAN DAN 23 TAHUN | in_ID |
dc.title.alternative | Seed viability of sengon after 6 months and 23 years storage | in_ID |
dc.type | Article | in_ID |
Files in this item
This item appears in the following Collection(s)
-
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) Ke-2
Isu-Isu Strategis Sains, Lingkungan, dan Inovasi Pembelajarannya