Pendidikan Karakter dan Pengembangan Kepemimpinan Anak Tunagrahita Ringan Melalui Permainan Tradisional
Abstract
Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki IQ 70 kebawah. Jumlah penyandang tunagrahita
2,3%. Atau 1,92% anak usia sekolah menyandang tunagrahita dengan perbandingan lakilaki
60%
dan perempuan 40%
atau 3:2.
Pada Data Pokok Sekolah Luar Biasa terlihat
dari
kelompok
usia sekolah, jumlah penduduk di Indonesia yang menyadang kelainan adalah
48.100.548
orang, jadi estimasi jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang tunagrahita
adalah
2% x 48.100.548 orang = 962.011
orang. (Kemis &Rosnawati : 2013).Anak
Tunagrahita
Ringan
mampu
didik
adalah
anak yang mempunyai IQ
antara 50/55
– 70/75 dan mengalami
hambatan
dalam
kecerdasan
dan
adaptasi
sosialnya.
Tetapi
masih
memiliki
potensi
yang
dapat
dikembangkan
dalam
bidang
akademis yang
sederhana seperti membaca, menulis,
berhitung. (S
Sukadi,
2012).
Indikasi keterlambatan anak tunagrahita dalam bidang sosial umumnya terjadi
karena; (1) kurangnya kesempatan yang diberikan pada anak tunagrahita untuk melakukan
sosialisasi, (2) kekurangan motivasi untuk melakukan sosialisasi, (3) kekurangan bimbingan
untuk melakukan sosialisasi. Kelancaran seseorang untuk mencapai tugas perkembangan
sosialnya, merupakan modal dasar yang sangat berarti untuk melakukan penyesuaian sosial
secara baik. Oleh sebab itu, terganggunya perkembangan anak dalam salah satu fase atau
keseluruhan fase perkembangan sosial sebagaimana yang dialami oleh anak tunagrahita,
hasilnya sangat berat untuk dapat melakukan penyesuaian sosial yang akurat tanpa intervensi
orang-orang di sekitarnya terus menerus. Sehingga, kepribadian serta karakter anak tunagrahita
ringan pun tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.Gemah ripah loh jinawi, peribahasa
tersebut sering menggambarkan tentang negeri Indonesia tercinta ini. Selain kekayaan
alamnya, Indonesia tekenal dengan kekayaan buadayanya. Ratusan ribu warisan leluhur yang
ditinggalkan untuk kita, salah satunya ialah permainan tradisional. Permainan yang dimainkan
oleh nenek moyang kita dikala waktu luang, seperti bakiak, dagongan, engklek, gobak sodor,
dakon, betengan, nekeran, cublak-cublak suweng, jamuran, egrang, petak umpet, karetan,
gasingan, dll.Permainan tradisional mengandung nilai-nilai karakter seperti kepemimpinan,
keberanian, tanggung jawab, kejujuran, sportivitas, kegigihan dan jiwa membantu atau gotong
royong. Dengan permainan tradisional anak tunagrahita ringan bisa melatih dan merangsang
kreativitas, konsentrasi, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan ketangkasan yang secara murni
dilakukan oleh otak dan tubuh manusia serta dapat mengembangkan kecerdasan majemuk
anak tunagrahita ringan.Tujuan penulisan karya tulis diharapkan menjadi wahana transformasi
pengetahuan antara sekolah inkluasi maupun sekolah luar biasa dengan masyarakat luas.Metode
penulisan karya tulis ini adalah dimulai dengan pencarian ide yang terinspirasi oleh fenomena
sosial yang terjadi di masyarakat, perumusan masalah, pengumpulan data dan informasi dari
buku-buku dan internet, pengolahan data dan informasi dan pengambilan keputusan dan saran.