dc.description.abstract | Berbagai upaya pelestarian dari hulu sampai hilir Sub DAS Pusur sudah
dilakukan sejak tahun 2012. Keberagaman aktivitas ini menjadi langkah awal
untuk memulai upaya pelestarian Sungai Pusur. Namun, berbagai aktivitas
tersebut masih bersifat parsial (terpisah) belum terintegrasi. Oleh karena itu,
penting untuk menginisiasi suatu kelembagaan agar aktivitas pelestarian Sungai
Pusur terkelola dalam satu model yang terintegrasi, untuk memberikan rasa
kebersamaan dan dapat memberikan kemanfaatan terpadu dari hulu sampai hilir.
Tujuan penelitian ini untuk mendeksripsikan strategi pendekatan integratif dalam
pengelolaan partisipatif kawasan Sub DAS Pusur dari hulu sampai hilir. Metode
yang digunakan yakni dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif. Penelitian
menunjukan kawasan hulu Sub DAS Pusur yang berada di Kecamatan Musuk,
Kabupaten Boyolali terkelola dengan upaya konservasi melalui sekolah
konservasi lapangan, baik secara vegetatif maupun sipil teknis. Bagian kawasan
tengah berada di Kecamatan Polanharjo dan Tulung Kabupaten Klaten, terdapat
aktivitas berupa kepedulian sungai (river care activities), melalui bank sampah,
wisata sungai, dan pengelolaan pusat belajar petani. Kawasan hilir fokus pada
pengelolaan jaringan irigasi dan manajemen pembagian air melalui kelompok
GP3A DI Ploso-Wareng. Berbagai peran ini terorganisir kedalam satu
kelembagaan yakni Pusur Institute.Pilihan istilah Pusur Institute dikarenakan
berbagai aktivitas yang dilakukan di sepanjang kawasan Sub DAS Pusur
berhubungan dengan edukasi kepada masyarakat yang bersentuhan langsung
dengan Sungai Pusur. Keberlanjutan kelembagaan ini sendiri beranggotakan
pemerintah, LSM, perguruan tinggi, dunia usaha, komunitas lokal, dan
masyarakat. Pengelolaan menggunakan pendekatan integratif yang meyatukan
semua kepentingan dan visi yang sama yakni melestarikan Sungai Pusur. | id_ID |