dc.description.abstract | Limbah bungkil nyamplung (Calophyluum inophyllum L.) yang telah diolah menjadi kompos pada penelitian sebelumnya, perlu diaplikasikan pada tanaman pangan agar dapat dimanfaatkan secara masal, selain sebagai salah satu solusi untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kompos bungkil nyamplung memiliki DHL (Daya Hantar Listrik), Nisbah C/N, kadar N, P, dan K total yang memenuhi SNI No. 19-7030-2004 tentang Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik. Hal ini menunjukkan bahwa limbah bungkil nyamplung untuk bahan kompos tidak bersifat toksik atau meracun pada tanaman, yang diindikasikan dengan nilai DHL bungkil nyamplung di bawah 2 dS/m. Untuk mengetahui respon tanaman terhadap kompos tersebut, penelitian dilakukan dengan mengaplikasikan kompos bungkil nyamplung dan top soil inceptisol dengan perbandingan 1:2 pada tanaman jagung. Benih jagung yang ditanam adalah dari jenis jagung manis (Zea mays L). Perlakuan penelitian yang diterapkan adalah empat macam kompos dari bungkil nyamplung dengan starter mikroba yang berbeda, yaitu Isi Rumen Sapi, Prouponic GB#1, EM4, dan Primadec C-15, dengan pembanding dua jenis kontrol, yaitu tanah (top soil tanpa kompos) dan kompos yang biasa digunakan di pasaran. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 15 tanaman jagung untuk setiap perlakuan. Analisis tanah dilakukan sebelum dan setelah aplikasi kompos bungkil nyamplung pada media tanam. Pengamatan dilakukan terhadap karakter dan parameter tanaman, yaitu: 1) tinggi dan jumlah daun tanaman setiap satu minggu, 2) berat basah dan berat kering trubus beserta akar tanaman pada saat masa vegetatif maksimum (2 bulan masa tanam), dan 3) Serapan hara K dan Ktotal pada tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos bungkil nyamplung pada media tanam dapat meningkatkan pH, bahan organik, KPK dan Ktotal tanah yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa pemberian kompos bungkil nyamplung maupun dengan pemberian kompos yang ada di pasaran. Starter yang berbeda tidak menunjukan perbedaan peningkatan pH, KPK dan Ktotal tanah, perbedaan hanya pada kandungan bahan organik. Starter EM4 menunjukan kandungan bahan organik yang paling melimpah pada media tanam. Hasil yang sama ditemukan untuk kadar kalium dan serapan hara kalium pada bagian atas (trubus) maupun bawah (akar) tanaman. Pertumbuhan tanaman jagung (tinggi, jumlah daun, berat basah dan berat kering, Ktotal tanaman, serta serapan K oleh tanaman) menunjukan nilai yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa penambahan kompos maupun dengan penambahan kompos yang ada di pasaran. Perbedaan starter pada pembuatan kompos tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung, jumlah daun, dan serapan hara K hanya berbeda pada Ktotal tanaman. Kadar Ktotal tanaman terbanyak diperoleh pada perlakuan penambahan starter EM4 dan isi rumen sapi yang mudah diperoleh oleh masyarakt pada proses pembuatan kompos. Kadar kalium total pada tanaman jagung dihasilkan dari kompos dengan menggunakan starter EM4 dan Isi Rumen Sapi yang mudah diperoleh masyarakat. | id_ID |