Show simple item record

dc.contributor.authorSyafnur, Aswar
dc.contributor.authorSunantyo, T. Aris
dc.date.accessioned2019-06-18T03:32:39Z
dc.date.available2019-06-18T03:32:39Z
dc.date.issued2019-04
dc.identifier.citation[1] W. M. Telford, L. P. Geldart, and R. E. Sheriff, Applied Geophysics, Second Edi. Press Syndicate of the University of Cambridge, 1990. [2] W. Li, Y. Liu, B. Li, and F. Luo, “Hydrocarbon exploration in the South Yellow Sea based on airborne gravity, China,” J. Earth Sci., vol. 27, no. 4, pp. 686–698, 2016. [3] W. Li, Y. Liu, J. Zhou, X. Zhou, and B. Li, “Sedimentary basin analysis using airborne gravity data: a case study from the Bohai Bay Basin, China,” Int. J. Earth Sci., vol. 105, no. 8, pp. 2241–2252, 2016. [4] M. Abdel Zaher, H. Saibi, K. Mansour, A. Khalil, and M. Soliman, “Geothermal exploration using airborne gravity and magnetic data at Siwa Oasis, Western Desert, Egypt,” Renew. Sustain. Energy Rev., vol. 82, no. October 2017, pp. 3824–3832, 2017. [5] N. Haeruddin, “Model Sistem Panas Bumi Rajabasa dengan Menggunakan Metode Geofisika Terpadu,” Universitas Gadjah Mada, 2010. [6] B. Bramanto, D. Daharta, and P. Kosasih, “Analisa Data Gayaberat Airborne Gravity dan Aolikasinya (Studi Kasus: Tarakan),” Tek. Geofis. Intitut Teknol. Bandung, 2018. [7] S. Sander, M. Argyle, S. Elieff, S. Ferguson, V. Lavoie, and L. Sander, “The AIRGrav airborne gravity system,” CSEG Rec., no. October, pp. 32–36, 2005. [8] J. Neumeyer, U. Schäfer, J. Kremer, H. Pflug, and G. Xu, “Derivation of gravity anomalies from airborne gravimeter and IMU recordings-Validation with regional analytic models using ground and satellite gravity data,” J. Geodyn., vol. 47, no. 4, pp. 191–200, 2009. [9] Sunaryo, “Studi Zona Mineralisasi di Kawasan Malang Selatan Jawa Timur Menggunakan Metode Geofisika Terpadu,” Universitas Gadjah Mada, 2007.id_ID
dc.identifier.issn2580-8796
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/10835
dc.description.abstractPosisi Indonesia yang berada di atas pertemuan tiga lempeng besar dunia, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik.Pergerakan lempeng yang merupakan aktifitas kegempaan memicu terbentuknya sesar-sesar aktif. Keberadaan sesar tersebut dapat menjadi suatu ancaman bencana gempa tektonik akibat pergerakan patahan tersebut. Maka dari itu, perlu dilakukan studi untuk mengidentifikasi keberadaan patahan. Salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan adalah Airborne Gravity. Dalam penelitian ini membahas mengenai potensi data gayaberat untuk mengidentifikasi keberadaan patahan disuatu wilayah dengan memanfaatkan data airborne gravity berupa data gayaberat, data GNSS (Global Navigation Satellite System) dan data geologi setempat dan data pendukung lainnya. Pada pengolahan data gayaberat, data gayaberat dilakukan pengkoreksian data agar tidak mengandung noise yang disebabkan oleh kondisi alat maupun kondisi alam saat akuisisi data. Hasil pengolahan data gayaberat berupa nilai anomali Bouguer yang pada dasarnya telah memperhitungkan densitas batuan penyusun daerah pengamatan. Nilai anomali Bouguer tersebut kemudian divisualisasikan dalam bentuk peta kontur dan dilakukan analisis derrivative untuk mengetahui jenis sesarnya. Dengan diketahuinya keberadaan sesar pada suatu wilayah diharapkan dapat bermanfaat untuk melakukan mitigasi bencana.id_ID
dc.language.isootherid_ID
dc.publisherSeminar Nasional GEOTIK 2019id_ID
dc.titlePotensi Airborne Gravity untuk Studi Sesarid_ID
dc.typeArticleid_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record