dc.identifier.citation | Bandaranayake,B. M. S. K., Panagoda, G. J., & Abayasekara, C. L. (2018). The effect of Piper betle against Candida albicans adherence to denture acrylic surfaces. Ceylon Journal of Science. 47(2), 153-158. Handayani, F., Siswanto, E., & Pangesti, L. A. T. (2015). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Gambir (Uncaria gambir Roxb.) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Kulit Punggung Mencit Putih Jantan (Mus musculus). Jurnal Ilmiah Manuntung. 1(2), 133 – 139. Junaidin., Utaya, S., Astina, I. K., & Handoyo, B. (2017). Kajian Kesesuaian Lahan Budidaya Tanaman Obat Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Di Kawasan Suku Sambori Kabupaten Bima. Journal of Natural Science and Engineering. 1(3), 110-119. Katu, H., Sumintarti., Mattulada, I. K., Samad, R., Hatta, M., & As’ad, S. .2016. Inhibitory Concentration and Minimum Contact Time Gambir Extract (Uncaria gambier Roxb) Against Bacterial Growth Enterococcus faecalis. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR). 27(3), 239-246. Lutviandhitarani, G., Harjati, D.W., & Wahyono, F. (2015). Green Antibiotic Daun Sirih (Piper betle L.) Sebagai Pengganti Antibiotik Komersial untuk Penanganan Mastitis. Jurnal Agripet. 15(01), 28 – 32. Manullang, M. Y. (2018). Efektivitas Larutan Gambir (Uncaria gambir Roxb) Sebagai Pengendali Escherichia Coli Pada Ayam Broiler. Skripsi. Repository USU. Patil, R. S., Harale, P. M., Shivangekar, K. V., Kumbhar, P.P., & Desai, R. (2015). Phytochemical potential and in vitro antimicrobial activity of Piper betle Linn. leaf extracts. Journal of chemical and pharmaceutical Research. 7(5), 1095-1101. Widyaningtias, N. M. S. R., Yustiantara, P. S., & Paramita, N. L. P.V. (2014). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Terpurifikasi Daun sirih hijau (Piper betle L.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes. Jurnal Farmasi. 3(1), 50 – 53. | id_ID |
dc.description.abstract | Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya ragam budaya tradisionalnya. Keragaman budayanya tercermin dari adat istiadat yang diberlakukan dimasyarakat. Salah satu kebiasaan sehari-hari yang sering dilakukan oleh suku tertentu, yaitu kebiasaan mengunyah sirih dicampur dengan gambir, pinang dan kapur sirih. Kebiasaan ini dikenal dengan nama menginang. Seiring dengan perkembangan zaman, semakin sulit menemukan orang yang masih menginang disetiap daerah, dikarenakan bahan dalam ramuan menginang rasanya yang pahit dan getar di mulut. Bahan yang digunakan dalam menginang antara lain sirih, pinang, kapur sirih, dan gambir. Semua bahan menginang, memiliki kandungan senyawa kimia bermanfaat yang sangat banyak. Senyawa kimia atau zat aktif dalam bahan menginang, antara lain yaitu tannin, flavonoid, alkaloid, vitamin C, polifenol dan asam katekin. Campuran dari keenam bahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai agen antibiotik ataupun antimikrobia. Antimikrobia diartikan pula sebagai antibakteri. Antimikrobia adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Mikroorganisme dapat menyebabkan bahaya karena memiliki kemampuan menginfeksi dan menimbulkan penyakit serta merusak suatu bahan pangan. Tujuan dari artikel kali ini yaitu untuk mengkaji potensi senyawa antimikrobia apa saja yang ada pada ramuan menginang khususnya pada gambir dan sirih. Pengkajian kedua bahan menginang yang berpotensi sebagai senyawa antimikrobia ini didasarkan pada kajian beberapa literatur yang berupa hasil-hasil penelitian relevan yang telah dipublikasikan pada skripsi, thesis, jurnal nasional terindeks, maupun jurnal internasional bereputasi. | id_ID |