Show simple item record

dc.contributor.authorSulistyani, S.
dc.date.accessioned2020-07-01T13:55:54Z
dc.date.available2020-07-01T13:55:54Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.issn2721-2882
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/12031
dc.description.abstractBell’s palsy merupakan diagnosis klinis yang ditandai paralisis nervus facialis perifer. Insidensi pada perempuan dan laki-laki sama, meningkat sedikit pada usia dewasa muda. Manifestasi klinis Bell’s palsy bervariasi tergantung diagnosis topisnya. Kelumpuhan wajah unilateral pada wajah dan dapat disertai dengan nyeri mastoid, nyeri telinga, gangguan rasa pada lidah serta hiperakusis.Tujuan dari laporan kasus ini adalah melaporkan kasus Bell’s Palsy dan terapinya. Ilustrasi Kasus : Seorang perempuan berusia 58 tahun datang keluhan wajah merot. Keluhan berlangsung tiba-tiba saat berkumur satu hari sebelumnya. Telinga kiri mendengar lebih keras daripada telinga kanan. Sebelumnya penderita tidur di lantai dan menggunakan kipas angin. Pemeriksaan fisik neurologis didapatkan parese nervus facialis sinistra lower motor neuron. Pemerikaan elektromiografi (EMG) didapatkan lesi axonal demielinating nervus facialis kiri, UGO Fish score 34 dan Hause brackman derajat III (sedang-berat). Penderita diberikan pengobatan berupa prednison 2 x 25 mg (5 hari pertama), tapp off (2 x 20 mg, 2 x 15 mg, 2 x 10 mg, 2 x 5 mg, 2 x 2,5 mg), mecobalamin 2 x 500 mcg dan cendo littre 2 x gtt II. Simpulan dari ilustrasi kasus diatas adalah pemberian kortikosteroid pada Bell’s Palsy sebesar 1 mg/kgBB pada fase akut dan dilakukan tappering off setiap 5 hari.id_ID
dc.publisherProceeding Book Call for Paper Thalamus: Medical Research For Better Healthid_ID
dc.titleTatalaksana Kortikosteroid pada Bell’s Palsyid_ID
dc.title.alternativeCorticosteroid Therapy in Bell’s Palsyid_ID
dc.typeArticleid_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record