dc.identifier.citation | Budiastuti, A., Adinda, L. K., Aryoko, W., 2019. Hubungan Antara Penggunaan Bedak Padat Dengan Derajat Keparahan Acne Vulgaris. Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro: Jurnal Kedokteran. Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019: 2540-8844. Dwimas, A., Rajian, S, R., Siswarni, MZ., 2015. Ekstraksi Multi Tahap Kurkumin dari Temulaak (Curcuma xanthorriza Roxb.)Menggunakan Pelarut Etanol. Departemen Teknik Kimia. FakultasTeknik. Universitas Sumatera Utara. Jurnal Teknik Kimia USU. Vol. 4, No. 2 Faridha Yenny., 2008. Optimasi Formulasi Sediaan Tablet Teofilin Dengan Strach 1500 Sebagai Bahan Pengikat dan Natrium Alginat Sebagai Bahan Penghancur Dengan Model Simplex Lattice Design [Skrispi]. Febri, R., R., Saisa, Ria, C., Thursina, A., 2018 Pemanfaatan Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Sebagai Pewarna Alami Kosmetik Pemerah Pipi (Blush On) Harbome, J. B., (1987), Metode Fitokimia, Edisi ke dua, ITB, Bandung. Harini, B. W. R., Dwiastuti, dan L. C. Wijayanti. 2012. Aplikasi Metode Spektrofotometri Visibel Untuk Mengukur Kadar Kurkuminoid Pada Rimpang Kunyit (Curcuma domestica). Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ida, W., Maya, R. M., Nadia, S. K., Ade, R. A., 2017.Pengaruh Konsentrasi Pelarut, Waktu Ekstraksi, dan Nisbah Bahan Baku dengan Pelarut Terhadap Ekstraksi Kunyit Kuning (Curcuma longa L.). Fakultas Teknologi Industri. Institut Teknologi Nasional, Bandung. Jurnal ITEKIMA. Vol.2, No.1 Januar A., Kadar Fenolik dan Aktivitas Antioksidan Lima Aksesi Tanaman Kunyit (Curcuma domestica Val.) pada Lokasi Budidaya Kecamatan Nagrak Sukabumi. Bogor : Institut Pertanian Bogor Januar, A., Kadar Fenolik dan Aktivitas Antioksidan Lima Akses Tanaman Kunyit (Curcuma domestica Val) Pada Lokasi Budidaya Kecamatan Nagrak Sukabumi. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Lea, S.C., Amini, H. W., Putri, A.E., 2019. Skirining Fitokimia Ekstrak Sokhletasi Rimpang Kunyit (Curcuma Longa) Dengan Pelarut Etanol 96%. Jurnal Ilmiah Kesehatan Karya Putra Bangsa. Vol. 1(1). 12-17. Mukhriani., 2014. Ekstraksi Pemisahan Senyawa Dan Identifikasi Senyawa Aktif. Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar: Jurnal Kesehatan. Volume VII No.2. Niluh Yuni Astuti., 2009. Uji Aktivitas Penangkap Radikal DPPH oleh Analog Kurkumin Monoketon dan N-Heteroalifatik Monoketon. Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.[Skripsi]. Nuraeni, F., Yoga, H . A., Endah, N. Y., 2016. Aplikasi Pakar Untuk Diagnosa Penyakit Kulit Menggunakan Metode Forward Chaining Di Al Arif Skin Care Kabupaten Ciamis. Teknik Informatika STMIK Tasikmalaya: 2302-3805. Nurhabibah., Aji, N., Damar, S.I., 2018. Formulation And Evaluation Of Blush On Preparation From The Ethanol Extract Of Cinnamon. Grut: Universitas Garut. Pokorny Jn, M Yanishlieva, Gordon. 2001. Antioxidants In Food. Boca Raton Boston New York Whasington, Dc: Crc Press. Surya Alfin., 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Pada Ubi Jalar Kuning (pomea Batatas L.) Dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil). Pekanbaru: Akademi Analis Kesehatan. Sussi Astuti., 2008. Isoflavon Kedelai Dan Potensinya Sebagai Penangkap Radikal Bebas. Universitas Lampung. Tranggono, R. I., dan Latifah, F., 2007. Buku Peganggan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Widyasari, A., R., 2008. Karakteristik dan Uji Antibakteri Senayaw Kimia Fraksi n-Heksana dari kulit Batang Pohon Angsret (Spathoda campanulata Beauv). Skripsi tidak Diterbitkan. Malang : Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. | id_ID |
dc.description.abstract | Kunyit (Curcuma domesticae Val.) merupakan salah satu tanaman di indonesia yang sangat berpotensi untuk dikembangkan karena mempunyai banyak manfaat. Kunyit mengandung banyak sumber antioksidan yang berasal dari kurkumin. Antioksidan kunyit dimanfaatkan sebagai pelindung kulit karena dapat mencegah terjadinya radikal bebas yang disebabkan oleh sinar ultra violet dan dapat diaplikasikan dalam bentuk bedak padat. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bedak padat ekstrak kunyit dan menguji mutu fisik sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Metode penelitian ini bersifat eksperimental yang terdiri dari pembuatan simplisia dan ekstraksi menggunakan maserasi dengan pelarut etanol 96%.Formulasi menggunakan ekstrak kunyit dengan konsentrasi 0,8% (F1); 1,6% (F2); dan 2,4% (F3) serta kontrol basis (F0). Evaluasi karakteristik fisik sediaan bedak padat meliputi pengamatan organoleptis, pengujian homogenitas, uji pH, pengukuran daya lekat dan pengujian kerapuhan. Sediaan di evaluasi selama 16 hari yang disimpan pada suhu kamar. Data dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan dengan SNI. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ke tiga formula menghasilkan bedak padat yang homogen, bertekstur halus, beraroma, berwarna putih (F0), berwarna orange muda (F1), berwarna orange (F2), berwarna orange tua (F3). Nilai pH pada F0, F1, F2, dan F3 berturut turut adalah 8,2; 8,7; 8,4; 8,1. Selama penyimpanan 16 hari, hasil organoleptis pada bedak padat F0, F1, F2, dan F3 tidak mengalami perubahan. Nilai homogenitas pada bedak padat F0, F1, F2, dan F3 tidak mengalami perubahan. Nilai daya lekat pada bedak padat F0, F1, F2, dan F3 tidak mengalami perubahan. Nilai kerapuhan pada F0 dan F1 mengalami kerapuhan sedangkan pada F2 dan F3 tidak mengalami kerapuhan. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu mutu fisik sediaan bedak padat ekstrak kunyit tidak sesuai dengan SNI dan stabil selama penyimpanan 16 hari. Semakin tinggi nilai konsentrasi maka semakin besar nilai pH. | id_ID |