Show simple item record

dc.contributor.authorKusumastuti, Dian Ayu Suci Dwi
dc.contributor.authorAmbarwati, Wahyu Nur
dc.date.accessioned2021-11-09T01:49:16Z
dc.date.available2021-11-09T01:49:16Z
dc.date.issued2021-02
dc.identifier.issn2721-2882
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/12826
dc.description.abstractSkizofrenia paranoid merupakan kondisi gangguan mental dan perilaku ditandai dengan gangguan pikiran, persepsi, perasaan dan kesadaran pasien sadar penuh dan intelektual masih bisa dipertahankan. Penegakan diagnosis pasien dengan Skizofrenia berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental. Menurut prevalensi, skizofrenia tertinggi di Indonesia pada tahun 2013 adalah di DI Yogyakarta dan Aceh sebesar 2,7%. Banyak faktor yang berperan terhadap kejadian skizofrenia, antara lain faktor genetik, biologis, biokimia, psikososial, status sosial ekonomi, stress, serta penyalahgunaan obat. Status ekonomi rendah mempunyai risiko 6,00 kali untuk mengalami gangguan jiwa skizofrenia dibandingkan status ekonomi tinggi, sedangkan orang yang tidak bekerja mempunyai risiko 6,2 kali lebih besar menderita skizofrenia dibandingkan yang bekerja. Gejala klinis skizofrenia adalah gangguan pikiran, delusi, halusinasi, afek abnormal, gangguan kepribadian motor, dan adopsi posisi bizar. Obat antipsikotik yang paling sering digunakan pada penderita skizofrenia pada terapi tunggal adalah risperidon, sedangkan pada terapi kombinasi yang paling banyak digunakan adalah haloperidol dan klorpromazin. Skizofrenia dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik dari pasien, dengan tingkat kekambuhan yang dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan keluarga.id_ID
dc.language.isootherid_ID
dc.publisherProceeding Book National Symposium and Workshop Continuing Medical Education XIVid_ID
dc.titleSEORANG LAKI-LAKI UMUR 50 TAHUN DENGAN SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0): LAPORAN KASUSid_ID
dc.typeArticleid_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record