EKSTRAKSI INFORMASI GEOLOGI UNTUK PENILAIAN BAHAYA GEMPABUMI (EARTHQUAKE HAZARD ASSESSMENT) MENGGUNAKAN CITRA ASTER DI KECAMATAN PLERET KABUPATEN BANTUL
Abstract
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pleret yang terletak di wilayah administratif Kabupaten Bantul. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran geologi di Kecamatan Pleret yang lebih detil dalam rangka penilaian bahaya gempabumi (earthquake hazard assessment). Metode penelitian yang digunakan merupakan integrasi pemrosesan citra ASTER dan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dipadukan dengan pengukuran lapangan. Pemrosesan citra ASTER dilakukan untuk menurunkan citra baru yang lebih mudah diinterpretasi. Komposit citra ASTER yang digunakan untuk interpretasi secara visual adalah ASTER RGB 3,4, PCA 56789 yang mampu menonjolkan aspek litologi. Penilaian tingkat kerawanan didasarkan pada nilai indek seismik setiap satuan litologi dan distribusi kerusakan bangunan yang terjadi akibat gempabumi 2006 silam. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa Formasi Semilir dan Formasi Nglanggran yang merupakan batuan kompak yang berasal dari gunungapi purba memiliki indek seismik yang rendah yaitu tidak lebih dari 1. Sedangkan endapan merapi muda yang merupakan material romabakan dari gunungapi merapi memiliki nilai yang tinggi yaitu berkisar antara 9,0 – 13,0. Endapan aluvium yang merupakan rombakan material Semilir dan Nglanggran memiliki indek seismik yaitu berkisar antara 2,1 – 3,8. Jika dikaitkan dengan penilaian bahaya gempabumi (earthquake hazard assessment) dapat disimpulkan bahwa daerah-daerah yang litologinya berupa endapan gunungapi merapi muda memiliki tingkat kerawanan yang tinggi, kemudian daerah-daerah yang memiliki susunan litologi berupa endapan aluvium rombakan material Semilir dan Nglanggran memiliki tingkat kerawanan sedang, dan Formasi Semilr dan Nglanggran memiliki tingkat kerawanan gempabumi yang rendah. Hal ini juga sesuai dengan pola distribusi kerusakan bangunan di Kecamatan Pleret. Wonokromo dan Pleret yang sebagian besar merupakan endapan gunungapi merapi muda mengalami kerusakan parah. kerusakan parah di Segoroyoso dan Bawuran hanya terjadi pada daerah endapan aluvium, sedangkan Wonolelo yang sebagian besar Formasi Semilir dan Nglanggran hanya mengelami kerusakan ringan.