KELUHAN SUBJEKTIF PADA OPERATOR KOMPUTER DI UNIT PELAKSANA TEKNIS – PENGEMBANGAN SENI DAN TEKNOLOGI KERAMIK DAN PORSELIN BALI
Abstract
Di UPT – PSTKP (Unit Pelaksana Teknis – Pengembangan Seni dan
Teknologi Keramik dan Porselin) Bali hampir setiap ruangan dilengkapi sebuah
komputer, kecuali dalam ruangan rapat, ruangan laboratorium, dan ruangan produksi.
Para operator komputer tersebut biasanya melaksanakan tugas sehari-harinya di depan
komputer tidak lebih dari dua jam, lalu beralih ke pekerjaan lain yang tidak
menggunakan komputer dan selanjutnya melanjutkan lagi pekerjaannya dengan
komputer. Hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa jenuh, penat, dan kelelahan di
mata selama bekerja di depan komputer. Bila dilihat dari sisi keefektivitan tenaga
operator, cara kerja seperti ini sudah jelas tidak menguntungkan bagi lembaga karena
waktu kerja terbuang dan sudah pasti kaitannya pada produktivitas yang tidak optimal.
Kondisi tersebut tentu tidak sesuai dengan konsep ergonomi. Salah satunya adalah
tidak tercapainya peningkatan produktivitas. Dalam ergonomi dikenal istilah keluhan
subjektif, yaitu tanda-tanda yang menyatakan adanya kelelahan yang dialami orang
akibat beban kerja yang membebaninya oleh karena interaksi pekerja dengan jenis
pekerjaannya, rancangan tempat kerja, peralatan kerja, dan lingkungan kerja.
Kelelahan dibedakan dalam tiga kategori yaitu menurunnya aktivitas, menurunnya
motivasi, dan adanya kelelahan fisik akibat keadaan umum. Jenis penelitian ini adalah
cross-sectional dengan rancangan pre and post test group design, melibatkan sepuluh
orang operator sebagai subjek penelitian. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner
kelelahan 30 items of rating scale. Pendataan dilakukan sebelum dan setelah 2 jam
kerja. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t-paired pada tingkat kemaknaan α =
0,05. Hasilnya adalah operator komputer yang bekerja selama 2 jam mengalami
peningkatan kelelahan secara umum sebesar 37,29%; pelemahan aktivitas kerja sebesar
39,08%; pelemahan motivasi kerja sebesar 28,64% dan meningkatnya kelelahan fisik
sebesar 42,15%. Saran yang dapat diberikan adalah perlunya pengaturan irama kerja
dan diterapkan istirahat pendek 5 – 10 menit setiap 1 jam kerja agar kondisi operator
pulih dari rasa lelah, dan perbaikan stasiun kerja sesuai antropometri operator.