dc.identifier.citation | Biro Pusat Statistik. (2008). Yogyakarta dalam Angka 2007/ 2008. Yogyakarta, BPS Kota Yogyakarta. Blythe, Philip T. (2004). “Congestion Charging : Challenges to Meet the UK Policy Objectives.” Review of Network Economics. Vol. 3 Issue 4. pp. 356 - 370. Deng, X. (2006). “Economic Cost of Motor Vehicle Emissions in China: a Case Study.” Transportation Research Part D: Environment. Vol. 11. pp. 216-226. Directorate General of Highways, Ministry of Public Works. (1996). Indonesian Highway Capacity Manual Part I. Urban Road. Directorate General of Highways, Ministry of Public Works, Jakarta. Harford, J.D. (2006). “Congestion, Pollution and Benefit to Cost Ratios of US Public Transit System.” Transportation Research, Part D: Environment. Vol. 11. pp. 45-58. La One. (2002). “Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor Berdasarkan Biaya Penyelenggaraan Transportasi (Studi Kasus di Kota Yogyakarta).” Tesis. Yogyakarta, Magister Sistem dan Teknik Transportasi. Universitas Gadjah Mada. (tidak dipublikasikan). Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) ITB. (1996). “Laporan Akhir Studi Perhitungan Biaya Operasi KendaraanPT. Jasa Marga. Bandung, Institut Teknologi Bandung (ITB). Malkhamah, S. (2007). “Keuntungan Penyediaan dan Penggunaan Angkutan Umum untuk Masyarakat Perkotaan.” Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. 21 Februari 2007. Malkhamah, S., Munawar, A., Sutomo, H., Sugiyanto, G. (2008). “Pengembangan Model Biaya Kemacetan dan Biaya Kecelakaan untuk Meningkatkan Efisiensi Transportasi di Daerah Perkotaan.” Laporan Akhir Penelitian Hibah Guru Besar (HGB) Fakultas Teknik. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (belum dipublikasikan). Malkhamah, S., Sugiyanto, Sugiyanto, G., Widiati, A. (2009). “Pengembangan Model Biaya Kemacetan dan Teknik Konflik Lalu Lintas sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Keselamatan Lalu Lintas.” Laporan Akhir Hibah Penelitian Strategis Nasional Tahun Anggaran 2009. Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada (belum dipublikasikan). Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. KM. 89 Tahun (2002). Tanggal 22 November 2002 tentang Mekanisme Penetapan Tarif dan Formula Perhitungan Biaya Pokok Angkutan Penumpang dengan Mobil Bus Antar Kota Kelas Ekonomi. Jakarta. Newbery, D. M. (1998). Fair Payment from Road-Users: A Review of the Evidence on Social and Environtment Costs. Report published by the Automobile Association, Basingstoke. Official Transport for London and Congestion Charge. (2006). Congestion Charging. diakses dari www.tfl.org.uk. Quinet, E. (1994). “The Social Costs of Transport: Evaluation and Links with Internalisation Policies.” In Internalising the Social Costs of Transport. Paris, OECD-European Conference of Ministers of Transport (ECMT). pp. 31-75. Santos, G. and Bhakar, J. (2006). “The Impact of London Congestion Charging Scheme on The Generalised Cost of Car Commuters to The City of London from a Value of Time Savings Perspective.” Transport Policy, Vol.13. pp. 22-33. Santos, G. (1999). Road Pricing on The Basis of Congestion Costs: Consistent Results from Two Historic UK Towns. Cambridge, Inggris, Department of Applied Economics. pp. 1-16. Sjafruddin, A. (2004). Materi Pelatihan Studi Kelayakan Proyek Transportasi. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat ITB bekerjasama dengan KBK Rekayasa Transportasi Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung. Stubs, P.C., Tyson W.J., dan Dalvi, M.Q. (1980). Transport Economics. London, George Allen and Unwin (Publisher) Ltd. Sugiyanto, G. (2007). “Kajian Penerapan Congestion Charging untuk Meningkatkan Penggunaan Angkutan Umum.” Tesis. Bandung, Program Magister Teknik Sipil Bidang Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Bandung. (tidak dipublikasikan). Sugiyanto, G., Sjafruddin, A. dan Siswosoebrotho, Bambang I. (2007). “Model Pemilihan Moda antara Mobil Pribadi danBus Kota akibat Penerapan Biaya Kemacetan (Congestion Charging).” Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2007. Bandung, Universitas Kristen Maranatha Bandung. Sugiyanto, G. (2008a). “Biaya Kemacetan (Congestion Charging) Mobil Pribadi di Central Bussines District.” Jurnal Penelitian Media Teknik Sipil UNS. Vol. VIII No.1. Januari 2008. Hal. 59-65. Sugiyanto, G. (2008b). “Analisis Elastisitas dan Sensitivitas Respon Individu dalam Memilih Moda Antara Mobil Pribadi dan Angkutan Umum Bus Kota dengan Teknik StatedPreference (Studi Kasus Kawasan Malioboro, Yogyakarta).” Jurnal Ilmiah Dinamika Teknik Sipil Jurusan Sipil UMS. Vol. 8 No.2. Juli 2008. Hal. 189-199. World Bank. (1993). Marginal Health Cost (MHC) Indonesia: Energy and the Environtment. Yulifianti dan Malkhamah, S. (2004). “Tingkat Pencemaran Udara Oleh Lalu lintas di Lingkungan Kampus Universitas Gadjah Mada.” Prosiding Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi (FSTPT). November 2004. | en_US |
dc.description.abstract | Biaya yang dikeluarkan masyarakat sebagai akibat transportasi dan efek transportasi termasuk biaya kemacetan, biaya polusi,
biaya kecelakaan, bahan bakar dan energi buangan. Pertumbuhan semua kendaraan yang melalui jalan meningkatkan biaya
yang harus dikeluarkan masyarakat dan negara. Untuk mengurangi biaya tersebut, terutama penumpang, dapat dilakukan
dengan mempromosikan penggunaan transportasi publik. Tetapi di Indonesia, penggunaan transportasi publik menurun, sedangkan
penggunaan mobil pribadi bertambah dengan cepat. Ini menyebabkan biaya yang harus dikeluarkan penumpang semakin
besar, terutama di daerah perkotaan. Pilihan yang tersedia untuk biaya transportasidan efek transportasi adalah Transportation
Demand Management (TDM), penerapan kebijakan pricing pada zona bayar dan pricing jalan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menyusun model biaya kemacetan pengguna mobil pribadi di Malioboro, Yogyakarta. Konsep mengurangi
transportasi publik adalah dengan penerapan biaya kemacetan untuk pengguna mobil pribadi di zona bayar. Besar biaya kemacetan
menyatakan perbedaan marginal social cost (MSC) dan marginal private cost (MPC) pada jalan yang sama. Pada
penelitian ini, marginal social cost menyatakan biaya umum pada kondisi sebenarnya yang berpotensi kemacetan lalu lintas
dan marginal private cost menyatakan biaya umum pada kondisi yang diperkirakan. Biaya kemacetan hanya diterapkan pada
pengguna mobil pribadi. Model biaya kemacetan pada penggunan mobil pribadi di Malioboro, Yogyakarta diformulasikan sebagai
as y = 67,416 X-1.4758 dengan R2 0,9764 dimana X adalah kecepatan kendaraan dan y adalah biaya kemacetan. Penurunan
V/Cratio dari jalan dikarenakan penerapan biaya kemacetan di daerah Malioboro antara 7,80%-14,26% dimana penurunan
persentase terbesar terjadi di Jalan Mataram yogyakarta. | en_US |