Show simple item record

dc.contributor.authorHarun
dc.date.accessioned2013-04-24T04:35:11Z
dc.date.available2013-04-24T04:35:11Z
dc.date.issued2012-05
dc.identifier.citationAhmad, Zaenal Abidin, 1973, Piagam Nabi Muhammad Saw Sebagai Konstitusi Negara Tertulis Pertama di Dunia, Jakarta; Bulan Bintang. Amal, Taufik Adnan dan Syamsu Rizal Panggabaian, 2004, Politik Syari’at Islam, Jakarta : Pustaka Alvabet. Ali, Asghar, 1993, Islam dan Pembebasan, Yogyakarta; LKIS. Hamidullah, Muhammad, 1974, Pengantar Studi Islam, Jakarta; Bulan Bintang. Iqbal, Muhammad, 2001, Fiqh Siayasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta; Gaya Media Pratama. Khalaf, Abdul Wahab, 1977, al-Siyasah al-Syarifah, Kairo; Dar al-Anshar. Madjid, Nurcholis ,1992, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta; Paramadina. Mulia, Musdah, 2001, Negara Islam Pemikiran Politik Husain Haekal, Jakarta; Paramadina. Maududi, Abul A’la, 1998, Khilafah dan Kerajaan, Bandung Mizan. Nasution, Harun, 1985, Perkembangan Modern Dalam Islam, Jakarta; Yayasan Ohor Indonesia. Sadzali, Munawir, 1993, Islam dan Tata Negara : Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, Jakarta; UI Press. Said Aqil Munawar, “ Fiqh Siyasah dalam Konteks Perubahan Menuju Masyarakat Madani”, dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Keagamaan, Edisi Juni 1999. Soemantri, Sri, 2006, Prosedur dan Sistem Perubahan Kontitusi, Bandung: Alumni. Suny, Ismail, 1978, Pembagian Kekuasaan Negara, Jakarta; Aksara Baru. Thaib, Dahlan, Jazim Hamidi, dan Ni’matul Huda, 2003, Teori dan Hukum Konstitusi, Jakarta; Raja Grafindo Persada. Team Penyusun Kamus, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka.en_US
dc.identifier.issn0852-368X
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/2911
dc.description.abstractPersoalan konstitusi menjadi perdebatan yang tidak pernah berakhir di kalangan ahli politik Islam, terutama ketika dihadapkan pada masalah hubungan agama dan negara. Dalam hal ini, ada tiga teori tentang hubungan negara dan agama; Pertama, teori sekularistik bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan negara. Model teori politik ini, Negara menghapus sama sekali syari’ah Islam dari dasar negaranya. Kedua, teori simbiotik yang menawarkan pandangan bahwa agama dan negara berhubungan satu sama lain secara timbal balik dan saling memerlukan..Model teori politik ini lebih menekankan pada subtansi daripada legal formal.bentuk Negara. Ketiga, teori integralistik yang menawarkan konsep bersatunya negara dengan agama. Agama dan negara tidak dapat dipisahkan. Apa yang menjadi habithot (wilayah) agama otomatis menjadi habithot politik. Konsekwensi dari teori politik ini, maka Islam harus menjadi dasar negara, dan syari’ah harus diterima sebagai konstitusi Negara. Berangkat dari ketiga teori tersebut, penulis perlu mengkaji secara pustaka, bagaimana seharusnya bentuk kontitusi dalam sebuah Negara menurut pemikiran hukum Islam. Berdasar kajian pustaka yang penulis cermati ditemukan bahwa aturan hukum Islam mengenai kehidupan bernegara tidaklah menunjuk kepada suatu model tertentu, termasuk bentuk atau model konstitusi sebagai hukum tertulis yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan .Oleh karena itu, soal negara dan pemerintahan serta rumusan konstitusinya lebih banyak diserahkan kepada ijtihad manusia yang sangat dipengaruhi oleh latar belakang sejarah negara yang bersangkutan, baik masyarakatnya, politik maupun budayanya.en_US
dc.publisherlppmumsen_US
dc.subjectHukum Islamen_US
dc.subjectKonstitusien_US
dc.subjectNegaraen_US
dc.titleKONSTITUSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAMen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record