Show simple item record

dc.contributor.authorPriyatmono, Alpha Fabela
dc.date.accessioned2013-12-10T05:35:54Z
dc.date.available2013-12-10T05:35:54Z
dc.date.issued2012-12-18
dc.identifier.citationGunawan, Myra P., 2000, Agenda 21 Sektoral Agenda Pariwisata untuk Pengembangan Kualitas Hidup Secara Berkelanjutan, Kantor Menteri Lingkungan Hidup dan UNDP, Jakarta. Hermantoro, Henky, 2011, Creative-Based Tourism, Aditri, Cinere Depok. Priyatmono, 2004, Studi Kecenderungan Perubahan Morfologi Kawasan Kampung Laweyan Surakarta, Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Priyatmono, 2011, Profil Kampoeng Batik Laweyan Tahun 2004 – Tahun 2011, FPKBL, Surakarta. UNESCO, 2009, Panduan Dasar Pelaksanaan Ekowisata.. http://www.ramlinawawiutun.blogspot.com/para pedagang-intan-perintis-komunitas (11 januari 2009) http ://www.mediaindonesia.com/.../Tradisi-Buka-Puasa-dengan-Bubur-Samin Banjar (23 juli 2012)en_US
dc.identifier.issn1412-9612
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/3946
dc.description.abstractPotensi kawasan dapat berupa unsur alam (pusaka alam), unsur budaya manusia (pusaka budaya) dan gabungan antara pusaka alam dan pusaka budaya atau sering kita sebut pusaka saujana (gabungan antara bentang alam dan budaya). Suatu kawasan dengan tata letak geografis yang berbeda, akan mempunyai potensi yang berbeda pula. Potensi suatu kawasan akan sangat ditentukan oleh kreatifitas penghuninya. Kreatifitas masyarakat dapat memunculkan industri kreatif. Jika industri kreatif disampaikan secara kreatif maka akan memunculkan adanya usaha baru yaitu wisata kreatif. Njayengan Surakarta sudah lama terkenal sebagai kawasan bermukimnya komunitas orang orang Banjar yang berprofesi sebagai pedagang intan berlian. Kedatangan mereka dari daerah asalnya Banjarmasin sudah sejak Kraton Kasunanan berdiri pada tahun 1746. Karena dalam berdagang membutuhkan waktu yang lama, maka mereka akhirnya banyak yang menetap di Surakarta dan membentuk komunitas orang Banjar di kampung Njayengan. Disamping berdagang berlian mereka juga membawa tradisi sosial budaya Banjar ke tempat tinggal barunya di Surakarta. Sehubungan dengan itu disamping sebagai pusat perdagangan intan dan perhiasan, kawasan Njayengan juga dicirikan oleh bangunan rumah tinggal, permukiman dan budaya yang spesifik dan khas. Seiring dengan banyaknya persaingan industri perhiasan disertai kurang adanya sistem manajemen perusahaan yang bagus serta semakin sulitnya bahan baku intan, kampung Banjar tidak bergeliat lagi banyak pengusaha perhiasan yang gulung tikar. Surutnya usaha perhiasan juga disertai dengan semakin pudarnya tradisi setempat. Dari kondisi keterpurukan tersebut, muncul suatu gagasan untuk mengembalikan masa kejayaan industri permata kampung Banjar di Kelurahan Njayengan melalui suatu usaha pengembangan kawasan berbasis wisata kreatif berdasar potensi budaya dan pemberdayaan masyarakat setempat. Sebagai dasar konsep pengembangan mengadopsi konsep pengembangan kawasan yang telah diterapkan di kawasan Kampoeng Batik Laweyan Surakarta. Dalam pengembangan kawasan, terdapat beberapa unsur budaya lokal pembentuk kawasan yang perlu untuk dikembangkan, unsur tersebuat antara lain : arsitektur bangunan dan lingkungannya, industri kawasan, sejarah kawasan serta tradisi sosial setempat. Unsur tersebut dikembangkan dengan konsep wisata kreatif berkelanjutan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat.en_US
dc.publisherUniversitas Muhammadiyah Surakartaen_US
dc.subjectBudaya Lokalen_US
dc.subjectWisata Kreatifen_US
dc.subjectKomunitasen_US
dc.titlePengembangan Pariwisata Kreatif Berbasis Komunitas dan Budaya Lokal (Studi Kasus Kampoeng Perhiasan Njayengan Surakarata)en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record