dc.identifier.citation | Adab, G., dkk. (2012). Budaya manut dalam pengambilan keputusan di Jawa. Jurnal. Fakultas Psikologi UMS Al- Qur’an Digital Versi 2.1. (2004). Bratawijaya, T. W. (1997). Mengungkap dan mengenal budaya Jawa. Jakarta : PT. Anem Kosong Anem Dzar, M. M. bin Abi dan As-Sadat‟, Jami. (2004). Penghimpunan kebahagiaan : kiat- kiat mudah dalam memberantas sifat buruk dan menyembuhkan penyakit hati. Penerjemah Ilham Mashuri dan Sinta Nuzuliana. Jakarta : Lentera. Hardjowirogo, M. (1989). Manusia Jawa. Jakarta : CV. Haji Masagung http://id.wikipedia.org/wiki/Slamet_Rijadi (diakses tanggal 18 Mei 2013) Hurlock, E. B.(2004). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Alih Bahasa : Istiwidayanti & Soedjarwo). Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga. Murwani, Suli H. (2007). Kebahagiaan itu ada di Semarang. Diakses dari http://web.bisnis.com/artikel/2id596.html (diakses tanggal 17 Mei 2013) Taylor, Shelley E., dkk. (2009). Psikologi sosial. Jakarta : Kencana Utomo, S. S. (2007). Kamus lengkap bahasa Jawa. Yogyakarta: Kanisius Sairin, S. (2002). Perubahan sosial masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sarwono, S.W. dan Meinarno, E.A. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Salemba Humanika Suseno, F.M. (2003). Etika Jawa : sebuah analisa falsafi tentang kebijaksanaan hidup Jawa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama | en_US |
dc.description.abstract | Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang menjunjung tinggi tradisi
dan tata krama dalam berkeluarga. Salah satunya adalah karakter manut atau
perilaku menurut, patuh merupakan karakter yang sudah membudaya di kalangan
masyarakat Jawa. Pada masyarakat Jawa, orang tua sangat mengharapkan anak
manut terhadap keputusan atau nasehat orang tua. Di sisi lain terjadi perubahan
sosial budaya ketika anak sudah semakin kritis untuk berfikir tentang sesuatu hal.
Seseorang bisa saja merasa bahwa manut dapat membahagiakan dirinya karena
manut merupakan perwujudan sikap sopan santun yang menguntungkan. Namun
seseorang bisa saja merasa bahwa manut tidaklah membahagiakan. Tujuan dalam
penelitian ini untuk memahami dan mendeskripsikan perilaku manut yang dapat
membuat bahagia maupun tidak bahagia orang- orang pada masyarakat Jawa,
sekaligus menempatkan posisi perilaku manut pada konteks yang tepat. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan kuesioner terbuka yang berisikan aitem
pertanyaan mengenai alasan manut yang dapat membuat bahagia orang- orang pada
masyarakat Jawa. Data didapatkan dari 274 responden masyarakat Jawa yang
berdomisili di Surakarta. Analisis data dilakukan dengan membuat kategorisasi dan
frekuensi tema- tema yang muncul. Beberapa hasil penelitian didominasi oleh
responden yang menunjukkan kesetujuan manut dapat membuat bahagia yaitu
responden merasa ketika manut untuk hal kebaikan, tergantung pada situasi dan
kondisi tertentu, dan manut dapat memperoleh kebahagiaan. Beberapa responden
menunjukkan ketidak setujuan bahwa perilaku manut dapat membuat bahagia yaitu
apabila terjadi perbedaan pendapat dan tidak ditemukan kesepakatan, dapat
membatasi kreativitas, dan bila manut dalam hal keburukan dapat menyengsarakan
hidup. | en_US |