dc.contributor.author | Yahman, Soleh Amini | |
dc.date.accessioned | 2013-12-13T07:54:30Z | |
dc.date.available | 2013-12-13T07:54:30Z | |
dc.date.issued | 2013-06-01 | |
dc.identifier.citation | Davido, R. (2012). Mengenal anak melalui gambar. Jakarta: Penebit Salemba Humanika Fleming, D. & Ritts, M. (2007). Mengatasi perilaku negatif anak : Memahami kepribadian , komunikasi dan perangai Anak anda. Yogyakarta: Penerbit Thing Ormrod, J.E. (2009). Psikologi pendidikan : Membantu siswa tumbuh dan berkembang. Jakarta: Penerbit Erlangga Prasetyono, D.S. (2007). Membedah psikologi bermain anak. Yogyakarta: Penerbit Think Pratisti, W.D. (2010). Psikologi anak usia dini . Yogyakarta Samovar, L.A. dkk. (2010). Komunikasi lintas budaya . Jakarta: Penebit salemba Humanika Santrock, J.W. (2011). Masa perkembangan anak. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika Segal, J. (2000). Melejitkan Kepekaan Emosional. Bandung: Penerbit Kaiffa Sulistyaningsih, W. (2008). Full day school dan optimalisasi perkembangan anak. Paradigma Indonesia. | en_US |
dc.identifier.isbn | 9789796361533 | |
dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/11617/3971 | |
dc.description.abstract | Anak merupakan sosok dengan rasa ingin tahu yang sangat tinggi, sehingga
ratusan pertanyaan dapat saja mereka lontarkan dalam interaksi yang hanya sekitar beberapa
menit atau sekian jam saja besamanya. Akan tetapi lontaran pertanyaan mereka pun naif
isinya, bahkan kadang kacau logikanya, cenderung memalukan dan bertentangan dengan
kaidah-kaidah normatif bagi orang dewasa, sehingga tidak jarang menyebabkan timbulnya
kejengkelan dan tercabutnya rasa nyaman. Lontaran-lontaran pertanyaan tersebut sebenarnya
merupakan bentuk dari kanalisasi atas dorongan rasa ingin tahu (curiousity feeling) yang
bergejolak, sehingga bila gejolak tersebut tidak tersalurkan akan menghambat ekpresi emosi
anak sehingga anak menjadi apatis dan skeptis terhadap lingkungan di sekitarnya.
Terhambatnya ekspresi emosi pada kehidupan afektif inilah yang sebenarnya yang menjadi
biang keladi munculnya perilaku destruktif dan memberontak pada anak-anak (yang sering
di sebut nakal, mbandel atau ndableg dsb). Oleh karena itu senaif apapun pertanyaan anak
, pertanyaan yang dilontarkan anak-anak harus di jawab. Sebab rasa puas yang diperoleh dari
respon positif kita terhadap pertanyaan-pertanyaan anak, akan merangsang anak untuk
mengapresiasi dan mentoleransi kehidupan lain di luar dirinya. | en_US |
dc.publisher | Universitas Muhammadiyah Surakarta | en_US |
dc.subject | naïf | en_US |
dc.subject | kanalisasi | en_US |
dc.subject | curiousity feeling | en_US |
dc.title | Seni Menjawab Pertanyaan Anak | en_US |
dc.type | Article | en_US |