Peran Orangtua dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Melalui Pemberian Dongeng Sejak Dini
Abstract
Istilah pertumbuhan dan perkembangan atau dikenal juga dengan istilah
tumbuh-kembang, seringkali dipakai dan digunakan secara tumpang tindih
(overlapping). Padahal menurut Mönks, dkk (2001) istilah pertumbuhan dan
perkembangan itu sendiri meskipun saling melengkapi, sebenarnya mempunyai arti
dan makna yang agak berlainan. Pertumbuhan fisik akan mempengaruhi
perkembangan psikis, misalnya bertambahnya fungsi otak memungkinkan anak
dapat tertawa, berjalan, berbicara, dan sebagainya (Mönks, dkk, 2001), sedangkan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/ individu. Walaupun
demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu
(Soetjiningsih, 1995). Pada kedua peristiwa yang terjadi secara sinkron t ersebut,
salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para orang tua untuk
mengoptimalisasikannya adalah melalui pemberian dongeng. Dongeng adalah cerita
khayal atau fantasi yang mengisahkan tentang keanehan dan keajaiban sesuatu,
seperti menceritakan tentang asal mula suatu tempat atau suatu negeri, atau
mengenai peristiwa-peristiwa yang aneh dan menakjubkan tentang kehidupan
manusia atau binatang (Semi, 1988). Menurut Ismael (dalam Setianingsih dan
Soedjatmiko, 1993) dongeng ibu sebelum tidur merupakan kebiasaan yang baik
untuk membangkitkan kemampuan otak kiri dan otak kanan anak sekaligus. Melalui
dongeng itu, kemampuan bahasa, logika, mungkin juga berhitung (fungsi otak kiri)
dirangsang, demikian pula imajinasi (fungsi otak kanan) anak juga sekaligus
dirangsang. Bila kebiasaan untuk memacu otak kiri dan otak kanan tersebut terus
dilakukan secara konsisten sesuai dengan usia anak, maka kelak dapat diharapkan
anak tersebut akan mempunyai inteligensi yang tinggi, dengan kemampuan imajinasi
serta daya kreativitas yang tinggi pula.