Keluarga : Tempat Proses Belajar Perilaku Prososial
Abstract
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dan memiliki nilai-nilai luhur,
seperti perilaku prososial, tepo sliro, gotong royong. Kenyataan sekarang ini menunjukkan
semakin lunturnya perilaku prososial dari kehidupan masyarakat, seperti tolong menolong,
solidaritas sosial, kesejahteraan, kepedulian terhadap orang lain, namun di sisi lain
kecenderungan sikap individualistik makin berkembang pesat. Oleh karena itu perlu
dilakukan upaya agar nilai-nilai luhur tidak semakin punah. Perilaku prososial merupakan
hasil interaksi yang kompleks dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik secara internal
(kepribadian, empati, emosi, pengalaman, religiusitas) dan eksternal (keluarga, guru, teman,
budaya, situasi, pengasuhan, kondisi sosial ekonomi, media). Perilaku prososial dapat
dikembangkan melalui proses belajar. Penelitian ini mencoba mengeksplorasi bagaimana dan
dari siapa seorang anak belajar tentang perilaku prososial. Penelitian ini bersifat kualitatif
deskriptif yang melibatkan 75 siswa SMA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar anak belajar perilaku prososial dari orangtuanya, kemudian guru, orang dewasa yang
lain seperti pemuka agama, kerabat dan teman. Mereka menyampaikan bagaimana
berperilaku prososial dengan diberikan contoh langsung ataupun tidak langsung, penjelasan
melalui kata-kata dan nasehat. Berdasarkan hasil tersebut ternyata keluarga sebagai pihak
pertama tempat anak mengenal dan belajar perilaku prososial dan ibu memiliki peran yang
sangat penting dalam mengembangkan perilaku prososial pada anak-anaknya.