Show simple item record

dc.contributor.authorS, Randy Pratama
dc.date.accessioned2013-12-26T06:10:03Z
dc.date.available2013-12-26T06:10:03Z
dc.date.issued2013-12-05
dc.identifier.citationBrundtland, Gro Harlem (1987). Our Common Future.World Commission on Environment and Development (WCED). New York: Oxford University Press. Ernawi, I.S. 2009. Kearifan Lokal Dalam Perspektif Ruang. “Kearifan Lokal dalam Perencanaan dan Perancangan Kota; Untuk Mewujudkan Arsitektur Kota yang Berkelanjutan. Group Konservasi Arsitektur & Kota: Malang. Gulmez, Nilay U., and Uraz, Turkan U.2007.Vernacular Urban Fabric as a Source of Inspiration for Contemporary Sustainable Urbay Environments : Mardin and the case of “Mungan House”. International Conference on Sustainable Urban Areas, Rotterdam. Groat, Linda & Wang, David., (2002), “Architectural Research Methods”., Canada, John Wiley& Sons,inc. Jack Kremers (1995) “Appropriate Use Of The Term Sustainability" Architronic, V4n3: Defining Sustainable Architecture, Page 3.en_US
dc.identifier.issn1412-9612
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/4084
dc.description.abstractPerkembangan pembangunan wilayah perbatasan antar negara di Indonesia dan Malaysia di pulau Kalimantan nerupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan wilayah propinsi maupun pembangunan nasional. Isu pembangunan wilayah perbatasan saat ini telah menjadi salah satu isu yang cukup penting pada tingkat nasional, sehingga menjadi salah satu agenda nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 yang menetapkan arah dan pengembangan wilayah perbatasan negara sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Pembangunan wilayah perbatasan memiliki keterkaitan erat dengan misi pembangunan nasional, terutama untuk menjamin keutuhan dan kedaulatan wilayah, pertahanan keamanan nasional serta peningkatan kesejahteraan rakyat di wilayah perbatasan. Arsitektur daerah pedalaman mempunyai kekayaan budaya yang tinggi, bentuk yang tercipta berasal dari ajaran nenek moyang dan sudah memikirkan tentang arsitektur berkelanjutan, maka dianggap penting untuk dapat mengkaji arsitektur berkelanjutan dari kacamata budaya masyarakat setempat. Substansi penelitian mengkaji tentang bentuk arsitektur setempat yang dikaitkan dengan konsep arsitektur berkelanjutan, kesesuaian bentuk aritektur yang tercipta sebagai jawaban atas permasalahan sosial budaya dan lingkungan dihubungkan dengan konsep arsitektur yang berkelanjutan. Pengkajian dilakukan dilakukan pada program ruang, material yang digunakan, dan bentuk wajah bangunan. Memakai metode Studi Kasus, yang dijabarkan Linda Groat (2002) dengan memfokuskan pada konteks yang akan dikaji dalam hal ini hubungan karya arsitektur dengan konsep arsitektur berkelanjutan, penelitian dilakukan dengan analisis terhadap data (studi kasus arsitektur lokal). Mengkaji elemen-elemen arsitektural yang ada (dinding, lantai, atap, dan wajah bangunan dikaitkan dengan hubungangnya terhadap lingkungan) penyelesaian akan masalah lingkungan (iklim) sehingga dapat ditarik beberapa ide konsep bangunan yang dapat dikembangkan untuk merancang arsitektur masa kini dan akan datang. Dengan adanya studi ini diharapkan bahwa kita dapat memperoleh inovasi desain arsitektur berkelanjutan yang didasari oleh kekayaan budaya lokal, lebih mencintai budaya sendiri, menjaga, melestarikan dan mengembangkan ke arah yang lebih baik.en_US
dc.publisherUMSen_US
dc.subjectKekayaan Budayaen_US
dc.subjectDesain Arsitekturen_US
dc.subjectArsitektur lokalen_US
dc.subjectArsitektur Berkelanjutanen_US
dc.titlePengaruh Arsitektur Lokal Daerah Perbatasan Terhadap Desain Arsitektur Berkelanjutanen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

  • Simposium Nasional Ke-12 RAPI 2013
    Pengembangan Teknologi Berbasis Pendekatan Kluster & Konsorsium Riset Menuju Masterplan Pengembangan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Show simple item record