Show simple item record

dc.contributor.authorElmiyah, Nurul
dc.date.accessioned2014-01-21T01:14:22Z
dc.date.available2014-01-21T01:14:22Z
dc.date.issued2011-03
dc.identifier.citationAnwar, Kaspul, Anggota DPRD dari PDIP, Pendapat yang disampaikan pada Audiensi Manajemen PT Kaltim Prima Coal ke DPRD Kutim, 6 Septem- ber 2004 dalam Kaltim Post, 7 September 2004 Brash, Russel Lawrence, 2001, Is the Expropriation of Indigenous Peoples Land GATT-able? Oxford: Blackwell Publishers Ltd. Bzn, B. ter Haar, 1950, Beginselen and Stelsel van het Adatrecht, Jakarta: Groningen. Dijk, R. van 1989, Pengantar Hukum Adat Indonesia, Jakarta: Penerbit Sumur Bandung, diterjemahkan oleh A. Soehardi, cetakan ke delapan. Fauzi, Noer, 2001, Penghancuran Populisme dan Pembangunan Kapitalisme : Dinamika Politik Indonesia Pasca Kolonial dalam: Tiperam Lapera (eds.). Prinsip-prinsip Reforma Agraria: Jalan Penghidupan, Kemakmuran Rakyat. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama. Harsono, Boedi, 1999, Hukum Agraria Indonesia, Jakarta : Djambatan. Harsono, Boedi,”Versi Undang-undang Pokok Agraria Tentang Hak Ulayat dan Hak Bersama”, Makalanah Seminar Nasional. Haryono, Suryadi &Akhmad Bayhazi.Aggota Tim Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi Universitas Indoensia (LPEM - UI), Ekonomi Politik Tambang: Sebuah Tawaran untuk Kesejahteraan Rakyat dalam Menggugat Posisi Masyarakat Adat Nusantara . Prosiding Sarasehan Masyarakat Adat Nusantara, Jakarta, 15 - 16 Maret 1999. Kaim, Faisal dan Endang Suhendar, Kebijakan Pertanahan Orde Baru: Mengabaikan Keadilan demi pertumbuhan ekoomi dalam Noer Fauzi (ed). Tanah dan Pembangunan Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1977 Lawang, Robert M.Z., 1999, Konflik Tanah di Manggarai. Flores Barat. Pendekatan Sosiologik, Jakarta: Universitas Indonesia. Mills, John A. Legal Constructions of Cultural Identity in Latin America. An argument against defining “Indigeous people”. Dalam: Texas Hispanic Journal of Law & Policy, Vol. 8 No. 49 Moore, Sally Falk, 1983, Semi-autonomous Social Field, dalam Law as Process, London: Routledge & Kegan Paul. Muhammad, Bushar. 1978, Asas-asas Hukum Adat. Suatu Pengantar, Jakarta: Pradnya Paramita. Parlindungan, A.P., 1990, Konversi Hak-hak Atas Tanah, Bandung: Mandar Maju. Ruwiastuti, Maria R., Menuju Pluralisme Hukum Agraria, Analisa dan kritik terhadap marginalisasi posisi hukum-hukum dan hak-hak adat penduduk asli atas tanah dan sumber-sumber agrarian oleh pembuat undang-undang Pokok Agraria (UUPA 1960, Kertas Posisi (Position Paper), Bandung: Konsorsium Pembaruan Agraria No. 06, 1998. Soekanto, 1983, Meninjau Hukum Adat Indonesia, Suatu Pengantar untuk Mempelajari Hukum Adat, Jakarta: Rajawali. Soekanto, Soerjono dan Soleman b. Taneko, 1983, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: Rajawali. Soekanto, Soerjono, 1983, Kamus Sosiologi, Jakarta: Rajawali. Soepomo, 1979, Bab-bab Tentang Hukum Adat. Jakarta: Pradnya Paramita. Soesangobeng, Herman, 1998, Filosofi Adat Dalam UUPA, Jakarta: Oktober 1998, manuskrip. Sumardjono, Maria S.W. Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2001 Wignjodipuro, Surojo, 1979, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Bandung: Alumni. Surat Kabar dan Lain-lain : Business News, 28 Maret 2003 Kaltim Post, 12 Agustus 2003 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, Kamus Besar Bahasa Indone- sia. Jakart: Balai Pustaka. Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur, Bagian Hubungan Masyarakat, Selayang Pandang Kutai Timur, Oktober 2003 Selayang Pandang Kutai Timur 2003 Surat Permohonan No. 04/BDD/MW/KTT-2001, tanggal 10 Oktober 2001 dari para Kepala Desa dan Ketua Hak Ulayat Suku Dayak Bahau Modang kepada Bupati Kepala Daerah Tk. II Kutai Timur jo. Rekomendasi no. 04/LA/BDD/MW/KTT-2001 dari Kepala-kepala Adat Tiga.en_US
dc.identifier.issn1410-7880
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/4189
dc.description.abstractTo determine that a native tribe is an indigenous law society - masya- rakat adat so called – a various criteria can be used by the experts. However, the former conceptor of the indigenous low society as gemeenschap, gemeneenschap or gesellschap, had given emphasize on the meaning. The emphasize is that the relation in the society perceived as a fate given by the nature or as normal condition, that no idea to break up the rela- tion among the society members, and no idea to quest the territory or the location in which the society existed. The members of the society have the same necessity. These condition present among The Dayak Basak Tribe at Bengalon Sub District and Sangkulirang Sub District. They live together in a specific territory, without any idea to break out their exclusive society away, having exclusive administration, having authority to manage the nature re- sources, and having their anchestor hereditary.en_US
dc.publisherlppmumsen_US
dc.subjectmasyarakat lokalen_US
dc.subjectmasyarakat adaten_US
dc.subjecttanah ulayaten_US
dc.subjectpembangunanen_US
dc.titleKetidakberdayaan Masyarakat Adat di Bidang Pertambangan pada Suku Dayak Basap: di Kecamatan Bengalon dan Kecamatan Sangkulirang Kutai Timur, Kalimantan Timuren_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record