Show simple item record

dc.contributor.authorBasori
dc.contributor.authorSukojo, Bangun Muljo
dc.contributor.authorTrisakti, Bambang
dc.contributor.authorHandayani, Hepi Hapsari
dc.date.accessioned2014-01-24T07:53:16Z
dc.date.available2014-01-24T07:53:16Z
dc.date.issued2013
dc.identifier.citationAbidin. 2007. Lecture Slides of GD. 2213 Satellite Geodesy. Teknik Geodesi dan Geomatika. Institut Teknologi Bandung. Arozaq, M. 2008. Penginderaan Jauh (Remote Sensing). <URL:http:www.geografi.ums.ac.id/ebook/.../arcview_3x_Analisis_Citra_Arcview.pdf> dikunjungi pada tanggal 21 maret 2012, jam 18.45. BPKH Wilayah XI Jawa-Madura. 2009. Potret Hutan Provinsi Jawa Timur. Yogyakarta. Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa-Madura. Hervina. 2011. Harian Analisa : Fungsi Hutan untuk Kehidupan. <URL:http://www.analisadaily.com/news /read/2011/08/14/8546/ fungsi_hutan_untuk_kehidupan/> dikunjungi pada tanggal 13 Februari 2012, jam 9.56. Huete, A., Justice, C. dan Leeuwen, W.1999. Modis Vegetation Index (Mod 13) Algorithm Theoretical Basis Document. <URL:http://modis.gsfc.nasa.gov/ > dikunjungi pada tanggal 15 Februari 2012, jam 6.45. Jensen, J.R. 2009. Remote Sensing of The Environment. Prentice Hall. University of Minnesota Kardono, P. 2001. Pemanfaatan Teknologi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh untuk Pemantauan Hutan Tanaman Industri. Prosiding Seminar Nasional Pusat SIG dan Penginderaan Jauh LP-ITS. Levina, Fauzi, M., dkk. 2012. Korelasi Data Hujan dari Pos Hujan dengan Citra TRMM. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya air. Bandung Lillesand dan Kiefer. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Dulbahri (Penerjemah). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Murai, S. dan Lertlum, S. 1994. Forest Mapping with NOAA AVHRR Data Case Study : Effect of Thermal Band for Refiling Forest Mapping. Bangkok. Asian Institut of Technology. Pierce, H.F. Nasa Facts : TRMM Instruments. <http://trmm.gsfc.nasa.gov/overview_dir/instrumentfacts.html > dikunjungi pada tanggal 17 Juni, jam 17. 06 Rahmawaty, S. 2004. Hutan : Fungsi dan Peranannya bagi Masyarakat. Program Ilmu Kehutanan. Universitas Sumatera Utara. <URL:http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../hutan-rahmawaty6.pdf /> dikunjungi pada tanggal 13 Februari 2012, jam 9.16. Rusdiyatmoko, A. dan Zubaidah, A. 2005. Analisis Spektral Data Modis untuk Pemantauan Hutan/Lahan (Studi Kasus Provinsi Sumatra Selatan). Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV ―Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa‖. I nstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 14 – 15 September 2005. Saptarini, D. 2001. Analisis Penggunaan Greenness Index – Tasseled Cap Transformation dalam Penentuan Kondisi Mangrove Menggunakan Data Inderaja (Landsat TM). Prosiding Seminar Nasional Pusat SIG dan Penginderaan Jauh LP-ITS. Sardiyoko. 2003. Kerusakan Hutan di Jawa Timur. <URL:http://www.groups.yahoo.com/group/lingkungan/message/17457> dikunjungi pada tanggal 13 Februari, jam 12.23. Siddik, A. 2008. Karakteristik Citra Satelit. Medan. Universitas Sumatera Utara. Zain, AS. 1996. Hukum lingkungan Konservasi Hutan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.en_US
dc.identifier.issn978-979-636-152-6
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/4248
dc.description.abstractHutan mempunyai fungsi serbaguna yaitu sebagai penghasil kayu, pengatur tata air, tempat berlindung dan tumbuhnya kehidupan f auna, tempat wisata, dan lain-lain. Hutan merupakan sumberdaya alam yang harus selalu dijaga kelestariannya. Penebangan hutan yang masih berlangsung terus-menerus tanpa adanya program penghutanan kembali/reboisasi, akan mengakibatkan terganggunya ekosistem hutan dan dapat mengakibatkan gangguan serius terhadap lingkungan di sekitarnya. Penelitian ini memanfaatkan teknologi penginderaan jauh untuk pemantauan hutan. Pemantauan dilakukan pada musim hujan dan musim kemarau. Penentuan waktu musim hujan dan kemarau terjadi didasarkan pada data curah hujan yang diekstraksi dari data Tropical Rainfall Measurement Mission (TRMM) untuk tahun 2012 di Pulau Jawa. Identifikasi piksel hutan dilakukan berdasarkan nilai Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2012 musim hujan di Pulau Jawa diperkirakan terjadi pada bulan Januari -Mei, November dan Desember sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juni-Oktober. Rentang nilai NDVI Terra MODIS lebih panjang dibandingkan NOAA AVHRR 19 dalam identifikasi piksel hutan sehingga jika rentang tersebut dipecah memungkinkan jumlah kelas vegetasi yang lebih beragam untuk Terra MODIS. Pada musim hujan, luas hutan untuk Terra MODIS diperoleh 63004.28 km 2 dan NOAA AVHRR 19 diperoleh 40821.66 km . Pada musim kemarau, luas hutan untuk Terra MODIS diperoleh 55366.37 km 2 dan NOAA AVHRR 19 diperoleh 59918.35 km . Luas hutan Terra MODIS mengalami penurunan ketika memasuki musim kemarau, hal ini dikarenakan terdapat vegetasi hutan yang menggugurkan daunnya ketika musim kemarau sehingga tutupan kanopi berkurang yang mengakibatkan nilai NDVI menurun. Sedangkan untuk NOAA AVHRR 19 terjadi sebaliknya. Anomali ini diperkirakan karena pengaruh awan NOAA AVHRR 19 yang mengakibatkan nilai NDVI rendah pada musim hujan. Kemudian dengan menggunakan data Multitemporal MODIS tiap bulan di musim hujan dapat diperoleh luas hutan yang tidak bercampur dengan sawah atau ladang dengan memanfaatkan sifat hutan yang memiliki nilai NDVI yang tetap tinggi di musim hujan sedangkan sawah atau ladang akan mengalami perubahan nilai NDVI.en_US
dc.publisherUniversitas Muhammadiyah Surakartaen_US
dc.subjectCurah hujanen_US
dc.subjectHutanen_US
dc.subjectNDVIen_US
dc.subjectMultitemporalen_US
dc.titleAnalisa Perbandingan Algoritma Citra Satelit Terra Modis dan Noaa Avhrr dalam Pengamatan Hutan di Pulau Jawaen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record