Optimisasi Tingkat Persediaan Bahan Baku Batu Kapur di PT Semen Indonesia Unit Tuban I
Abstract
Penelitian ini bertujuan melakukan optimisasi terhadap tingkat persediaan batu kapur untuk
menghindari berhentinya proses produksi di PT Semen Indonesia. PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk (dahulu PT Semen Gresik (Persero) Tbk) adalah pabrik semen yang terbesar di
Indonesia dengan kapasitas 28,5 juta ton/tahun (tahun 2013). Hal ini membuat kebutuhan
akan bahan baku semen yang mayoritas (80%) adalah batu kapur akan meningkat juga. Suplai
batu kapur di PT Semen Indonesia di suplai oleh anak perusahaannya yang beroperasi di
tambang yaitu UTSG (United Tractor Semen Gresik). Secara garis besar, sistem produksi
semen dibagi ke dalam 5 tahapan utama yaitu tahap penyiapan bahan baku, penggilingan
bahan baku, pembakaran, penggilingan akhir, dan pengemasan. Pada penelitian ini metode
yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data permintaan semen dari tahun 2011-2012
untuk melihat trend (pola data) tersebut. Selanjutnya dilakukan metode peramalan permintaan
untuk tahun 2013 dengan memperhatikan pola data dan MAD (mean absolute deviation)
terkecilnya. Dari hasil peramalan kemudian dilakukan verifikasi untuk melihat apakah fungsi
peramalan yang digunakan sudah mewakili pola data yang ada atau tidak, dan juga pengujian
out of control agar dapat diketahui apakah proses verifikasi sudah terkendali atau belum.
Hasil peramalan tersebut dijadikan input kebutuhan batu kapur (dari UTSG sebagai
supliernya). Jika terjadi kekurangan akibatnya proses produksi terhenti, sebaliknya jika
kelebihan persediaan maka biaya simpan akan meningkat (mengingat proses pemenuhan
bahan baku harus ditransfer dari lokasi tambang dan kapasitas maksimal UTSG). Ada 2
skenario untuk melakukan optimisasi pemenuhan bahan baku yaitu dipesan sesuai peramalan
dan dipesan dengan menambahkan 5% dari kebutuhan, dimana setiap skenario mempunyai
tradeoff apabila terpenuhi dan apabila kurang (tidak terpenuhi). Hasil optimisasi
menunjukkan bahwa dengan penambahan pemesanan sebesar 5% lebih menguntungkan dari
segi biaya, dan ada syarat tambahan yaitu harus dilakukan evaluasi setiap 6 bulan sekali
sehingga biaya optimum adalah sebesar Rp 2.793.808.000,-.Tetapi adanya fluktuasi
permintaan dan kapasitas suplai bahan baku maka masih perlu dilakukan pendekatan yang
lebih smooth terhadap tingkat pemenuhan UTSG di masa datang.