Show simple item record

dc.contributor.authorMahmud, Abdullah
dc.date.accessioned2015-01-15T04:02:58Z
dc.date.available2015-01-15T04:02:58Z
dc.date.issued2014
dc.identifier.citationAl- Taffazani, Abu al- Wafa’ al- Ghanimi, 1985, Madkhal Ila al- Tashawwuf al- Islam, terj. Bandung: Penerbit Pustaka. Corbin, Henry, (ed),1978, Majmu’at Daum Mushannafat Syaikh Isyrag Shihabuddin Yahya Suhrawardi, Teheran: Institu In wa Faransyah. Corbin, Henry, 1978, Man of Light in Iranian Sufism, terj, Nancy Pearson, Boulder dan london: Shabbala, 1978. Depag, 1980, Al-Qur’an dan terjemahannya Fazlu Rahman, 1979, Islam, Chicago London: The University of Chicago Press. Hanafi, Hasan, tt, Dirasat Islamiyyah, Kairo: al- Maktabat al-Anjalu al- Mishriyyah. Nasr, Seyyed Hossein, 1976, Three Muslim Sages, Delmar, New York: Caravan Books. Nicholson, RA, 1930, Fi al- Tashawwuf al- Islami wa tarikhuhu, pen. AE. Affifi Kairo: Lanah Ta’lif watarjamah wa al- Nasyr. Siti Maryam, 2004, Rasionalitas Pengalaman Sufi, Filsafat Isyrag Suhrawardi asy-Syahid, Yogyakarta: Penerbit Adab Press. Yazdi, Mehdi Hairi, 1994, The Principle of Epistemology in Islamic Philosophy, terj. Bandung: Mizan. Ziai, Hossen, tt, Knowledge and Illumination: A Study of Suhrawardi’s Hikmat Isyraq Atlanta: Scholar Press.en_US
dc.identifier.issn0852-3860
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/5080
dc.description.abstractTulisan ini merupakan tealaah pustaka pemikiran Shihabuddin Suhrawardi tentang Filsafat Isyraq (Falsafah Iluminasi, Falsafah Cahaya). Dengan menggunakan analisis historis filosofis dihasilkan kesimpulan bahwa filsafat isyraq Suhrawardi adalah bahwa Allah Yang Maha Esa hakekat-Nya adalah cahaya. Dia adalah Cahaya di atas cahaya, yang dengan pancaran cahaya-Nya terjadiIah wujudwujud, baik materi maupun rohani. Alam semesta ini ada karena adanya pancaran cahaya-Nya yang tidak pernah berhenti, bagaikan matahari yang tidak pernah berhenti memancarkan cahayanya. Pancaran cahaya Tuhan (Nur al-Anwar) adalah tergantung kadar dan intensitas dari obyek yang terkena cahaya. Obyek yang paling dekat dengan Nur al-Anwar (Cahaya di atas cahaya) adalah obyek yang paling banyak menerima cahaya atau penerangan, sedang obyek paling jauh adalah yang paling sedikit menerima cahaya. Dan obyek tidak memperoleh cahaya dari Nur al-Anwar dengan sendirinya akan sirna.en_US
dc.publisherUniversitas Muhammadiyah Surakartaen_US
dc.subjectIluminasien_US
dc.subjectIsyraqen_US
dc.subjectCahayaen_US
dc.titleFalsafah Iluminasionisme Menurut Shihabuddin Suhrawardien_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record