dc.identifier.citation | Abdullah, Taufik. 1985. Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Atmo, Tri. 1984. Babad dan Sejarah Purbalingga. Purbalingga: Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga. Balai Penelitian Sejarah dan Budaya. 1981-1982. Sejarah dan Budaya: Seri Folklore. Yogyakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Boechari. 1966. “Preliminary Report on the Discovery of an Old-Malay Inscription at Sodjomerto,” Majalah Ilmu-Ilmu Sastra Indonesia, Oktober, Djilid III, No. 2 & 3 Bosch, F.D.K. 1975. Çrivijaya, Çailendra, dan Sanjayavamça. Jakarta: Bhratara. Brotodiredjo & Ngatidjo Darmosuwondo. 1969. Inti Silsilah dan Sedjarah Banjumas. Bogor: tanpa penerbit. Casparis, J.G. de. 1956. Selected Inscriptions from the 7th to the 9th Century A.D. Bandung: Masa Baru. Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lainlain. Jakarta: Grafitipers. ___. 1985. “Mengumpulkan Folklore Bali Aga di Trunyan,” dalam Koentjaraningrat & Donald D. Emmerson. Aspek Manusia dalam Penelitian Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia-Gramedia. Darmosoetopo, Riboet. 1977. Serat Sejarah Rupi Onje: Naskah dan Transkripsi. Yogyakarta: Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gadjah Mada. Djamaris, Edwar. 1977. “Filologi dan Cara Kerja Penelitian Filologi,” dalam Bahasa dan Sastra, Tahun III, Nomor 1. Gottschalk, Louis. 1983. Mengerti Sejarah. Terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI-Press. Hasselman, C.J. 1887. “De Perdikan Dessa’s is het District Tjahijana (Afdeeling Poerbolinggo, Residentie Banjoemas),” Tijdschrift voor het Binnenland Bestuur, deel I: 72-104. Kartosoedirdjo, A.M. 1941. Babad Poerbalingga. Yogyakarta: Museum Sana Budaya. ___. 1969. Diktat Riwajat Purbalingga. Selanegara: stensil. Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Budaya. Mauss, Marcel. 1992. Pemberian: Bentuk dan Fungsi Pertukaran di Masyarakat Kuno. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Notosusanto, Nugroho. 1978. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta: Idayu. Olthof, W.L. 1941. Poenika Serat Babad Tanah Djawi wiwit saking Nabi Adam doemoegi ing Taoen 1647. ‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff. Priyadi, Sugeng. 2000a. “Indrawardhaya Wikramadewa (1),” Radar Banyumas, edisi 10 Februari, Kamis Legi. ___. 2000b. “Indrawardhaya Wikramadewa (2),” Radar Banyumas, edisi 17 Februari, Kamis Pon. Purwaningsih, Endang. 1986. “Babad Onje (Transliterasi, Terjemahan, Perbandingan dengan Babad Purbalingga),” Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada. Sasono & Tri Atmo. 1993. Mengenal Purbalingga (Banyumas): Daerah Tempat Lahir Jenderal Sudirman. Jakarta: Paguyuban Arsakusuma. Sulastin-Sutrisno, 1994. “Teori Filologi dan Penerapannya.” dalam Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: BPPF Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada. Suputro. 1959. Tegal dari Masa ke Masa. Djakarta: Bagian Bahasa Djawatan Kebudajaan, Kementrian P.P. dan K. Teeuw, A. tt. Register op de Tekst en Vertaling van de Babad Tanah Djawi (uitgave 1941). ‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff. ___. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya-Girirmukti Pasaka. Tohirin. 2001. “Tabu Nikah Orang Desa Onje dengan Desa Cipaku Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga,” Skripsi. Purwokerto: FKIP-Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Van Peursen, C.A. 1990. Fakta, Nilai, Peristiwa tentang Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Etika. Jakarta: Gramedia. Winter Sr., C.F. & R. Ng. Ranggawarsita. 1988. Kamus Kawi Jawa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. | en_US |
dc.description.abstract | This study aims at discovering (1) the variety of socio-cultural backgrounds
in the rural community of Onje, (2) the social conflicts which the
community experienced leading to the marital taboos, and (3) the symbolic
meanings of the taboos remaining to work at present. The study employs the
historical method combined with the folklore and philological method. The
two latter methods are applied to provide the historical sources with the texts
and folklores. Then, the historical method is taken to produce a historiography,
i.e. the cultural history or the intellectual history in the local scope of
Onje. The result of study shows that the marital taboos in the rural community
of Onje suggests the socio-cultural phenomena rested upon the socio-political
legitimacy. The marital taboos are inflicted by social conflicts, such as
those manifested in incest marriage, social rivalry, and legitimate battle, in
which the communities of Onje represent the troublemakers. | en_US |