Setting Parameter yang Optimal pada Proses Pembriketan Limbah Biomassa Guna Mendapatkan Kadar Air Briket Minimal dalam Menciptakan Energi Alternatif yang Ekonomis
Abstract
Ketersediaan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui di Indonesia semakin menipis seiring dengan kebutuhan
energi yang terus meningkat, sehingga memaksa manusia untuk mencari bahan bakar alternatif. Salah satu bahan
bakar alternatif ekonomis dan ramah lingkungan adalah briket dari limbah biomassa. Dalam proses pembriketan,
dibutuhkan setting parameter yang tepat agar dihasilkan briket yang berkualitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan setting parameter yang tepat dari proses pembriketan agar kualitas briket meningkat ditinjau dari
kadar air (moisture content) yang rendah.. Model yang digunakan untuk mengetahui kualitas biobriket ditinjau dari
kadar air menggunakan lima variabel bebas yaitu Putaran motor (A) tekanan (B), Waktu penahanan (C),
Komposisi bahan dan perekat (D) dan suhu pengeringan (E). Metode yang digunakan untuk mengoptimalkan
proses pembriketan adalah Taguchi mengacu pada OA L8(2^7). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor
yang berpengaruh signifikan terhadap proses pembriketan yang menghasilkan moisture content yang rendah
adalah putaran motor (A) tekanan (B), waktu penahanan (C), komposisi limbah dan perekat (D) dan suhu
pengeringan (E) yang memberikan persen kontribusi masing-masing sebesar 6,97%%, 43,19%, 18,76%, 10,65%
dan 19,37%. Model yang diperoleh dari variasi level faktor yang dapat mengoptimalkan biobriket adalah
A2B1C2D1E2, artinya putaran motor 1250 rpm, tekanan 50 kg/cm
2
, waktu penahanan 7.5 menit, komposisi
limbah dengan perekat 10:1 dan suhu pengeringan 105C. Pada respon kadar air, rata-rata kadar air biobriket
sebesar 7.53 % artinya memenuhi standar SNI (maksimum 10 %), sehingga biobriket hasil penelitian memiliki
karakteristik yang baik sebagai bahan bakar alternatif.