Studi Pengelolaan Sampah Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar
Abstract
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, dengan sekitar 17.508 buah
pulau yang membentang sepanjang 5.120 km dari timur ke barat sepanjang khatulistiwa dan 1.760
km dari utara ke selatan. Wilayah pesisir dan lautan tropis, ditinjau dari beberapa peruntukannya,
merupakan wilayah yang sangat produktif, salah satu aktivitas utama di wilayah pesisir adalah
aktivitas pelabuhan sebagai sarana pendukung transportasi namun pengembangannya seringkali
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya
Pelabuhan Soekarno-Hatta di Makassar yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia IV (Pelindo IV)
berdasarkan data jumlah penumpang untuk 3 tahun terakhir, peningkatan jumlah penumpang itu
terjadi secara signifikan sehingga berdampak pada peningkatan laju timbulan sampah yang ada di
pelabuhan namun dilain sisi penanganan sampah yang dilakukan oleh PT.Pelni dan PT. Pelindo IV
masih menerapkan pola lama yaitu kumpul, angkut dan buang sehingga hal ini akan semakin
membebani TPA Tamangapa sebagai satu-satunya tempat pembuangan akhir sampah yang ada
diwilayah Kota Makssar.
Dengan pengolahan data sekunder yang diperoleh dari: Pelindo IV, PT.Pelni, BPS Propinsi Sulawesi
Selatan, BPS Kota Makassar dan data primer yang diperoleh melalui metode : observasi,
wawancara, pengukuran karakteristik, berat timbulan sampah berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) 19-3964-1994 diperoleh kesimpulan dari 3 TPS yang ada di area pelabuhan, di TPS
umum komponen terbesar adalah sampah plastik 44,1%, di TPS terminal adalah sampah organik
41,6% dan sampah kayu sebesar 49,2 % di TPS workshop. Dengan konsep kumpul, angkut dan buang
yang selama ini diterapkan pada tahun 2013 volume sampah yang diangkut ke TPA Tamangapa
sebesar 12.375m3 tanpa ada benefit yang diperoleh sehingga biaya pengelolaan sampah sebesar Rp
45.000/m3 sampah yang terbuang, namun dengan menerapkan konsep pengolahan sampah terpadu
sehingga sampah yang terbuang sebesar 5.300m3 dengan benefit ekonomi dari sampah yang dapat
diolah sebesar Rp.72.000.000 per tahunnya