dc.identifier.citation | Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2001, Cara Pembuatan Obat yang Baik, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Anonim, 2007, The United States Pharmacopoeia 30. United States Pharmacopoeia! Convention, Inc: Twinbrook Parkway Rockville MD Kim, E.C., dan Nikolaev, V.I., 1995, Methods for Determining the Iron in Medicine (abstract, on/ine), (http://ksci.kisti.re/ diakses 7 Juli 2009). Mursyidi, A., dan Rohman, A., 2006, Pengantar Kimia Farmasi Analisis: Volumetrt dan Gravimetrt, 202-206, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Ogawa, Kin'ya, dan Tobe, Nobuko, 1966, A Spectrophotometric Study of the Complex Formation Between Iron (III) and Salicylic Acid, Bulletin of the Chemical Society ofJapan Society Vol. 39, (http:/ /www.journalarchive.jst.go.jp/jnlpdf.php, diakses 29 April 2009). Roth, J.H., dan Blaschke, G., 1998, Analisis Farmasi, Cetakan Ill, diterjemahkan oleh Kisman, S., dan Ibrahim, S., Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. | in_ID |
dc.description.abstract | Serimetri merupakan prosedur resmi Farmakope Indonesia Edisi IV untuk penetapan kadar tablet besi (II) sulfat. Metode ini memerlukan pembiayaan yang tidak sedikit dan ion besi (II) sendiri dapat teroksidasi menjadi ion besi (III) yang dapat membentuk kompleks warna dengan salisilat sehingga hal ini dapat menjadi acuan dalam mengembangankan metode alternatif penetapan kadar tablet besi (II) sulfat yang perlu divalidasi untuk memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan serimetri dan spektrofotometri visibel dengan pereaksi kalium permanganat dan asam salisilat (KMnO4-salisilat). Dalam serimetri, besi (II) sulfat dititrasi dengan larutan standar serium (IV) sulfat 0,0808 N (indikator ortofenantrolin hingga warna biru muda). Selanjutnya metode spektrofotometri visibel mengikuti langkah penentuan operating time (35 menit), penentuan panjang gelombang maksimum (525 nm) dan pembuatan kurva baku (y = 5,88x - 0,0098). Kedua metode dilakukan validasi yang meliputi akurasi, ripitabilitas dan linieritas, kemudian hasil dari validasi kedua metode dibandingkan. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa kedua metode tidak memenuhi syarat keberterimaan, yaitu secara berurutan persen perolehan kembali serimetri dan spektrofotometri visibel pada 80%, 100%, 120% adalah 87,915%; 85,966% 85,012% (RSD: 5,3%; 6,0%; 0,8%); 82,494%; 76,923%; 69,633% (RSD: 0,8%; 1,1%; 2,1%), nilai RSD ripitabilitas adalah 3,72% (tidak memenuhi syarat); 1,22% (memenuhi syarat), dan nilai r yang diperoleh adalah 0,9989; 0,9974 (keduanya memenuhi syarat). Kedua metode secara statistik memiliki perbedaan yang bermakna (faktor ketepatan dan ketelitian). | in_ID |