Pemanfaatan Komik Strip sebagai Alternatif Pengembangan Bahan Ajar Memproduksi Cerita Ulang di SMA
Abstract
Guru dalam perkembangan kurikulum saat ini memiliki tuntutan yang cukup bervariasi. Guru tidak hanya berperan sebagai fasilitator, tetapi juga motivator, inspirator, konduktor, serta evaluator. Tugas guru yang paling utama adalah mendewasakan peserta didik sehingga menjadi manusia yang berkompeten, memiliki kecakapan baik secara intelektual maupun sosial sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk mewujudkan penyempurnaan kurikulum tersebut adalah dengan memahami dan melaksanakan 9 macam penyempurnaan pola pikir yang telah disusun oleh pemerintah. Salah satu penyempurnaan pola pikir tersebut adalah memahami bahwa pembelajaran yang bersifat terisolasi haruslah diubah pada pembelajaran secara jejaring. Artinya, guru tidaklah hanya menggunakan buku sebagai satu-satunya sumber belajar. Menyusun pengembangan bahan ajar merupakan salah satu aktivitas yang harus dilakukan guru sehingga kompetensi yang ingin dicapai oleh peserta didik disajikan dalam bentuk materi, bahan, dan media yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, potensi daerah, dan potensi sekolah. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA pada kelas XI terdapat jenis teks cerita ulang atau biasa disebut dengan recount. Teks recount terdiri dari 3 jenis, yaitu recount personal, recount faktual, dan recount imajinatif. Pengembangan bahan ajar menulis cerita ulang ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan komik berseri, seperti komik strip. Komik merupakan salah satu media komunikasi yang menarik karena terdapat gambar, tulisan, dan tokoh yang bersifat imajinatif. Selain itu, sebagian besar komik mengandung nilai pendidikan dan nilai sosial sehingga komik dapat dipertimbangkan untuk dijadikan bahan ajar alternatif. Dalam kegiatan menulis cerita ulang tentulah peserta didik dapat lebih leluasa mengembangkan pikirannya untuk memproduksi kalimat dan paragraf sesuai dengan alur cerita dalam komik strip.