dc.contributor.author | Situmorang, Nina Zulida | |
dc.date.accessioned | 2015-12-29T08:57:18Z | |
dc.date.available | 2015-12-29T08:57:18Z | |
dc.date.issued | 2015-06-13 | |
dc.identifier.citation | Loop Indonesia (2015). Modul 1. Konsep Dasar Coaching dan Kompetensi Inti dalam Coaching. www. loop-indonesia.com Griffiths, Alison (2015). Coaching for career enhancement. www.unicus.co.uk, Diunduh pada tanggal 3 Juni 2015. Whitworth, L., Kimsey-House, H. & Sandahl, P. (2003) Co-Active Coaching. Palo Alto, CA: Davies-Black Publishing. | in_ID |
dc.identifier.isbn | 978-602-71716-3-3 | |
dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/11617/6545 | |
dc.description.abstract | Orang tua tidak hanya sebagai pendidik utama anak namun juga agen perubahan sosial yang dapat memberdayakan masyarakat melalui keluarga. Perkembangan teknologi, pola asuh, keterbatasan waktu dan keberagaman anak menjadi alasan utama buat orangtua menjadi Coach bagi anaknya. Coaching saat ini menjadi trend tersendiri dalam dunia kerja dan bidang psikologi. Coaching merupakan metode yang dianggap mudah untuk menjadikan pegawai lebih berdaya guna. Namun Coaching juga salah satu metode pengembangan individu menjadi alternatif efektif pola asuh yang humanis yang saat ini paling di harapkan oleh setiap anak, dimana orang tua selalu memberikan perhatian penuh terhadap perkembangan anak baik aspek kognitif, psikomotorik dan afektif di rumah maupun disekolah. Orang tua sebagai coach memungkinkan anak mendapatkan kesadaran dan mengidentifikasi mereka ingin menjadi seperti apa, di mana mereka sekarang, apa pilihan yang mereka miliki untuk membuat mereka bergerak maju dan apa tindakan yang benar-benar akan lakukan untuk bergerak maju. Coaching dalam ICF (International Coaching Federation) terdiri dari 11(sebelas) kompetensi yang harus dimiliki seorang coach dimana orang tua sebagai coach yang efektif memiliki 4 (empat) kompetensi dari 11 kompetensi tersebut. Empat kompetensi tersebut adalah (1) membangun etika dan kesepakatan yakni membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia seperti prinsip-prinsip moral dan pedoman perilaku (2) meningkatkan hubungan dan kepercayaan yakni membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia seperti prinsip-prinsip moral dan pedoman perilaku. (3) Komunikasi efektif meliputi pengetahuan Mendengar aktif, komunikasi secara Verbal dan Non Verbal, mendengarkan emosi dan perasaan, tidak menghakimi, pertanyaan yang memberdayakan dan melakukan komunikasi langsung dan (4) memfasilitasi proses belajar dan hasil yakni dengan membangun kesadaran Anak, mendukung anak dalam membuat rencana aksinya, membantu anak dalam membuat perencanaannya dalam mencapai tujuannya dan memantau kemajuan dan menjaga akuntabilitas dan komitmen Anak. Keluarga sebagai basis awal pendidikan dasar anak memiliki peran strategis sebagai agen perubahan sosial. Untuk itu dibutuhkan metode humanis yang sangat dibutuhkan anak saat dari berbagai problema dalam keluarga. Metode coaching menjadi alternatif pendekatan dalam pengasuhan anak. Orang tua harus memiliki empat kompetensi sebagai coach yang diharapkan dapat memunculkan karakter anak-anak yang kuat, berakhlak mulia dan menjadi generasi terbaik bangsa Indonesia. | in_ID |
dc.language.iso | id | in_ID |
dc.publisher | Universitas Muhammadiyah Surakarta | in_ID |
dc.subject | Metode Coaching | in_ID |
dc.subject | pola asuh anak | in_ID |
dc.subject | kompetensi coaching | in_ID |
dc.title | Metode Coaching Sebagai Pendekatan Dalam Pola Asuh Anak | in_ID |
dc.type | Article | in_ID |