dc.identifier.citation | Kasmir dan Jakfar, 2010, Studi Kelayakan Bisnis, Ed. 2, Kencana Prenanda Media Group, Jakarta. Nur, A., 2009, Karakteristik nata de cottonii dengan penambahan Dimetil Amino Fosfat (DAP) dan Asam Asetat Glasial, Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Nursandi, Mustofa, F. H. dan Rispianda. 2014. Rancangan tata letak fasilitas dengan menggunakan metode Blocplan (studi kasus: PT. Kramatraya Sejahtera). Jurnal Teknik Industri Itenas, No. 03, Vol. 01, 90-100. Rizal, H. M., Pandiangan, D. M. dan Saleh, A. 2013. Pengaruh penambahan gula, asam asetat dan waktu fermentasi terhadap kualitas nata de corn. Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 19, 34-39. Setyawati, E., Ma’arif, S. dan Arkeman, Y. 2011. Inovasi hijau dalam industri pengolahan rumput laut Semi Refineed Carrageenan (SRC). Jurnal Teknik Industri, ISSN: 1411-6340, 21-30. Suparmi dan Sahri, A. 2009. Mengenal potensi rumput laut: kajian pemanfaatan sumber daya rumput laut dari aspek industri dan kesehatan, Sultan Agung, No. 188, Vol. XLIV, 95-116. Syukroni, I., Yuliati, K. dan Baihaki, A. 2013. Karakteristik nata de seaweed (Eucheuma cottonii) dengan perbedaan konsentrasi rumput gula aren. Fishtech, No. 01, Vol. II, 1-8. Wahyudi, 2003, Memproduksi nata de coco, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Wignjosoebroto, S., 2009, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Ed. 3, Guna Widya, Surabaya. | in_ID |
dc.description.abstract | ndonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman sumber
daya laut, salah satunya adalah rumput laut. Ekspedisi Siboga pada tahun 1899-1900 telah
mampu mengidentifikasi sekitar 782 jenis rumput laut yang tumbuh dan berkembang di
perairan Indonesia. Dari berbagai jenis rumput laut tersebut, Eucheuma cottonii merupakan
jenis rumput laut yang bernilai ekonomi tinggi karena dapat diolah menjadi aneka produk
makanan seperti nata de seaweed. Perkembangan industri pengolahan nata de seaweed di kota
Balikpapan masih menemui beberapa kendala teknis dan produksi, oleh karena itu diperlukan
adanya penelitian yang bertujuan untuk merancang aspek teknis dan produksi guna menjamin
kelancaran proses produksi nata de seaweed. Penelitian ini diharapkan mampu mengatasi
kendala-kendala teknis dan produksi yang dihadapi oleh para petani rumput laut, sehingga
dapat dihasilkan produk nata de seaweed yang mampu diserap oleh pasar domestik dan
diharapkan mampu menjadi komoditas unggulan ekspor hasil laut Indonesia. Aspek teknis dan
produksi yang diteliti meliputi penentuan lokasi usaha, rencana produksi, packaging, serta
layout ruang produksi nata de seaweed. Penentuan lokasi usaha dengan menggunakan metode
ranking procedure menetapkan bahwa daerah Manggar merupakan lokasi terbaik dengan
total skor 8,10. Dengan menggunakan metode Activity Relationship Chart (ARC), penataan
ruang-ruang produksi dapat dirancang dengan memperhatikan derajat hubungan dan alasan
kedekatan antar ruangan. Setelah dilakukan perhitungan luas lantai aktual, diperoleh luas
ruang penyimpanan bahan baku adalah 23,18 m
2
, ruang pencucian dan pemotongan 12,38 m
,
ruang perebusan 147,98 m
2
, ruang fermentasi 20,62 m
2
, ruang sortasi 15,09 m
, ruang
packaging 20,46 m
2
, gudang 12,08 m
2
, dan toilet 10,53 m
2
. Rencana produksi nata de seaweed
per hari adalah 46,17 kg, dimana nata de seaweed ini akan dikemas dalam kemasan gelas dan
standing pouch. Untuk kemasan gelas, setiap harinya diproduksi sejumlah 209 gelas atau 8
dus, adapun untuk kemasan standing pouch per harinya diproduksi 92 kemasan atau 3 dus. | in_ID |