dc.identifier.citation | Arnold Y,A. (2013) Produksi biogas dari Enceng gondok kajian konsistensi dan pH terhadap biogas dihasilkan, jurnal Teknologi Kimia dan Industri,Vol.2, No.2. Tahun 2013 Candrika W (2013 ) Perancangan sistem pengaduk pada bioreaktor batch untukmeningkatkan produksi biogas. Jurnal Teknik POMITS Vol. 2 No.1, tahun 2013 Efriza Fitri (2009), Biogas Limbah Peternakan Sapi Sumber EnergiAlternatif Ramah Lingkungan,Universitas Bengkulu.Gosh,S. Ghosh , S.,M.P. Hendry dan R.W. Christopher(1984) “ Hemicellulose Conversio by Anaerobic Digestio” Institute of Gas Technology dan United Gas Pipe Line Company.USA, Vol.6: 257-258 Haryati, T (2006) , Limbah peternakan yang menjadi sumber energi alternatif. Balai Penelitian Ternak Bogor. Panggih W dan Yulina T, (2013). Produksi Biogas dari Enceng Gondok.jurusan Teknik Lingkungan, FTSP ITS, Vol.12 : 1-16 Reni, (2014) Enceng gondok sebagai Biogas yang ramah lingkungan Jurnal Tekno, Vol 11. No.1, April 2014 Reni, (2014 ) Analisa Hasil Biogas dari fesses sapi dengan menggunakan 3 macam reaktor , Jurnal Tekno, Vol 11. No.2, Oktober 2014. Reni, (2014) Analisa Hasil Biogas dengan menggunakan Reaktor Fiberglass dari 3 jenis sapi , Jurnal Tekno, Vol.11. No.1, April 2014. Wahyuni, S , (2009) Menghasilkan Biogas dari Aneka Limbah, PT ArgroMedia Pustaka, Jakarta | in_ID |
dc.description.abstract | Energi berperan penting dalam hamper seluruh aktifitas manusia dan tidak dapat dilepaskan dalam
kehidupan manusia, pemanfaatan energi yang tidak dapat diperbaharui secara berlebihan dapat
menimbulkan masalah krisis energi, salah satu gejala krisis energi saat ini adalah kelangkaan
bahan bakar minyak, terutama energi fosil. Pengembangan teknologi untuk energi alternative
terus digalakkan, salah satunya adalah energi biogas. Sumatera selatan merupakan kota rawa dan
banyak ditumbuhi enceng gondok yang merupakan bahan baku utama untuk memproduksi biogas.
Komposisi dari Enceng gondok terdiri dari bahan organik sekitar 36 %, Karbon (C organik) 20 %,
Nitrogen sekitar 0,2%, Pospor dan Kalium,sekitar 60% berupa senyawa Sellulose dan Hemiselulosa
,kedua senyawa ini adalah Polisakarida kompleks yang merupakan campuran polimer yang jika
dihidrolisis akan menghasilkan produk campuran turunan yang dapat diolah dengan metode anaerob
digestion untuk memperoleh energi biogas(Ghosh, 1984). Selain dari tanaman enceng gondok sumber
utama untuk pembuatan biogas adalah kotoran ternak (fesses sapi) yang mempunyai rasio C/N
20-30 untuk pembentukan biogas (Fitrhry,2010). Tujuan Jangka panjang dari penelitian ini adalah
Komersialisasi biogas ramah lingkungan untuk peningkatan perekonomian masyarakat dengan cara
membuat Rancang Bangun alat pembuatan biogas sebagai Teknologi Tepat Guna yang bersifat
kerakyatan, yang dapat diterapkan di masyarkat. Eksperimen dilakukan didalam laboratorium
Proses produksi Teknik Industri Universitas Binadarma, peralatan yang dibutuhkan tangki digester
(Reaktor),thermometer (alat pengukur temperatur), pengukur Tekanan (Pressure gaugge/Tensi
meter),selang plastik (1/2 inchi),pipa tembaga sebagai penghubung, pH meter atau Kertas pH (untuk
menentukan pH),blender (penghancur Enceng gondok),alat on/off, Tee Kuningan, ban dalam roli
(alat penampung biogas).Metode penelitian ini dalam tahun pertama akan dilakukan experimen di
laboratorium dengan beberapa variasi campuran antara enceng gondok dan fesses sapi pada
proses anaerob, dengan beberapa kali experimen akan didapatkan kondisi operasi yang maksimal
untuk menghasilkan biogas.Rancang bangun alat pembuatan biogas untuk skala kecil akan
dilaksanakan pada tahun ke II. Metode analisis data eksperimen menggunakan analisis variansi
manova (Multivariate Analysis Of Variance) untuk menganalisis beberapa variasi campuran dengan
tujuan dari beberapa variasi campuran akan ditahui kondisi yang maksimum untuk mendapat kan
hasil biogas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Desain eksperimen III ( 3 kg enceng gondok, 3
kg feses sapi, 3 liter air, +0,6%CaCO3) merupakan desain ekperimen yang memiliki kondisi optimum
temperatur biogas yang paling cepat bereaksi membentuk biogas, (2) Desain eksperimen II (3 kg
enceng gondok, 3 kg feses sapi, 3 liter air, +0,3% CaCO3) merupakan desain eksperimen yang paling
cepat menghasilkan nilai pH dalam kondisi optimum, (3) Desain eksperimen memiliki variansi yang
sama dan setelah dilakukan uji manova Eksperimen I,II, dan III tidak mempengaruhi Temperatur dan
pH. Kondisi optimum temperatur yang paling cepat mencapai 28oC - 29oC yaitu desain eksperimen
III yang terjadi pada hari ke 14 sampai ke 49, sedangkan kondisi optimum nilai pH sebesar 7,5 – 7,6
yaitu desain eksperimen II yang terjadi pada hari ke 30 sampai hari ke 35.Kesimpulan berdasarkan
hasil pengamatan desain eksperimen biogas I, II, III, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut,1.Temperatur optimum terjadi pada temperatur 28-29 oC sedang pH optimum pada 7,5-7,6
sedangkan tekanan tidak begitu berpengaruh. | in_ID |