dc.identifier.citation | Erfandi, D., (2013), “Sistem Vegetasi dalam Penanganan Lahan Rawan Longsor”, Prosiding Seminar Nasional Pertanian Ramah Lingkungan.. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, pp. 319-328. ESDM, (2008), “Pengenalan Gerakan Tanah, www.esdm.go.id/regulasi/pencarianlegislasiaregulasi/doc_download/489-pengenalan-gerakan-tanah.html, diakses 16 April 2015, pp 1-3. Imanda, A.., (2013), “Penanganan Permukiman di Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah Studi Kasus: Permukiman Sekitar Ngarai Sianok”, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 141-156. Nurhapni, & Burhanudin, H., (2011), “Kajian Pembangunan Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan di Lingkungan Perumahan”, Jurnal Perencanaan Wilayah Kota Universitas Islam Bandung, pp.1-12. Republik Indonesia, (2007), “Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor Nomor : 22 /PRT/M/2007”, Jakarta :Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Penataan Ruang. Sarip, M., (2015), “Waspada Gejala Longsor di Gunung Selili Samarinda”, Kompas Corporation, Kompasiana website:m.kompasiana.com/muhammadsarip/waspada-gejala-longsor-di-gunung-selilisamarinda_54f8ff52a333119d478b4866, diakses 22 Juli 2015. Unesco, (1999), “Disaster Planning”, Unesco, web site: http://webworld.unesco.org/safeguarding/en/txt_sini.htm, diakses 9 September 2016. Wiraprama, A. R., Zakaria, & Purwantiasning, A. W., (2014), “Kajian Pola Permukiman Dusun Ngibikan Yogyakarta”, Jurnal Arsitektur NALARs, 31-36. Yuliani, S., & Yuliarso, H., (2007). “Konsep Eko Arsitektur pada Desain Drainase Lingkungan”, Gema Teknik, pp. 97-10. Zufialdi Zakaria, D. M. (2013). “Bio Engineering, Melalui Pemanfaatan Tanaman Kaliandra di Wilayah Zona Rawan Longsor Jawa Barat”, Bulletin of Scientific Contribution , pp. 168-175. | in_ID |
dc.description.abstract | Ancaman bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan kekeringan semakin mengepung kawasan-kawasan permukiman di hampir seluruh wilayah Indonesia. Pun demikian yang terjadi pada
masyarakat Samarinda yang tinggal di Bukit Selili. Setelah mengalami bencana longsor yang cukup
parah untuk ketiga kalinya, masyarakat Bukit Selili dan pemerintah Kota Samarinda semakin
waspada terhadap bencana longsor yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Masyarakat Bukit Selili harus
memikirkan tindakan untuk menghadapi ancaman bencana longsor. Hal inilah yang melatarbelakangi
dilakukannya penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi area rawan longsor
dan menganalisis pola permukiman, pola vegetasi, pola jalan, utilitas bangunan & lingkungan di
kawasan Bukit Selili untuk menghasilkan konsep preventif terhadap ancaman tanah longsor, terutama
ditinjau dari kacamata ilmu arsitektur. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah studi
kasus. Metode studi kasus mempelajari secara intensif kondisi permukiman Bukit Selili sekarang
dengan bencana rawan longsor. Hal pertama yang diteliti adalah identifikasi area rawan longsor
berdasar kejadian beberapa bencana longsor terakhir. Berdasar identifikasi area rawan longsor,
kemudian dianalisis menggunakan kriteria pencegahan bencana, identifikasi tanah longsor, dan
komponen permukiman (pola permukiman, pola vegetasi, pola jalan dan utilitas). Penelitian
difokuskan pada empat komponen permukiman. Setiap komponen dari kriteria permukiman
dikerucutkan menjadi elemen-elemen indikator. Tahapan analisis menghasilkan konsep preventif
berupa panduan-panduan struktur bangunan rumah tinggal (struktur bawah yaitu area panggung dan
struktur atas/atap), utilitas bangunan dan lingkungan (saluran air kotor, septictank, drainase
bangunan, drainase lingkungan), dan penanaman vegetasi lokal di area gundul. Diharapkan
permukiman yang telah berumur lebih dari 100 tahun ini bisa dipertahankan terutama di area
longsor rendah. | in_ID |