dc.identifier.citation | Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Bogor, (1996), “Survei Penumpang 1996”, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Bogor. Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Bogor, (2006), “Ekspose Pembenahan Transportasi Kota Bogor”, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Bogor. Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Bogor, (2010), “Laporan Tahunan DLLAJ Kota Bogor 2010”, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Bogor. Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Bogor, (2015), “Evaluasi Kinerja Jaringan Jalan dan Simpang di Wilayah Kota Bogor Tahun 2015”, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Bogor. Law, A.M. dan W.D. Kelton, (1991), “Simulation Modeling and Analysis. 2 nd ed.”, New York: McGraw-Hill Inc. PTV VISION, (2014), “PTV VISSIM 7 User Manual”, Karlsruhe, Germany: PTV AG. | in_ID |
dc.description.abstract | Kota Bogor merupakan kota yang memiliki tingkat kemacetan lalu lintas tertinggi di Indonesia.
Kemacetan tersebut sebagian besar disebabkan oleh banyaknya angkutan kota (angkot) yang
beroperasi serta perilaku para supir angkutan yang sering melanggar peraturan lalu lintas, salah
satunya yaitu mengetem. Adanya sistem target setoran yang harus ditanggung oleh para supir angkot
menyebabkan tindakan mengetem semakin marak terjadi. Penelitian yang akan dilakukan bertujuan
untuk memberikan usulan perbaikan sistem angkutan kota Bogor dan mengetahui seberapa besar
dampak usulan tersebut terhadap pengurangan kemacetan di Kota Bogor.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah simulasi sistem dengan menggunakan program PTV
VISSIM 7. Simulasi sistem digunakan untuk penelitian ini karena sistem angkutan kota Bogor terlalu
rumit untuk dievaluasi dengan metode analitis. Pembuatan model simulasi dilakukan terhadap salah
satu ruas jalan di Kota Bogor yang memiliki tingkat kemacetan terparah yaitu Jalan Lawang
Seketeng. Ukuran performansi yang dipilih pada penelitian ini adalah rata-rata waktu kendaraan
dalam menempuh perjalanan di ruas Jalan Lawang Seketeng.
Berdasarkan pengamatan terhadap sistem yang disimulasikan, diusulkan adanya perubahan sistem
“kejar setoran” menjadi sistem gaji, dan penggunaan sistem BUSA atau Buitenzorg Smart Angkot.
Sistem BUSA merupakan perpaduan antara angkot tradisional dengan teknologi masa kini seperti
sensor, aktuator, mikrokontroler, dan global positioning system (GPS). Sistem BUSA ini akan
membantu para calon penumpang untuk mengetahui sisa kapasitas kursi yang ada di sebuah angkot
serta membantu para pemilik angkot dalam mengawasi kinerja supir angkot sehari-hari. Kedua
usulan tersebut dapat menghilangkan tindakan mengetem dan mengurangi kemungkinan angkot untuk
berhenti. Dengan adanya usulan ini rata-rata waktu kendaraan dalam menempuh perjalanan di ruas
Jalan Lawang Seketeng berkurang dari 612 detik menjadi 245 detik. | in_ID |