Show simple item record

dc.contributor.authorSavitri, Endang
dc.contributor.authorPramono, Irfan B.
dc.date.accessioned2017-03-01T03:43:18Z
dc.date.available2017-03-01T03:43:18Z
dc.date.issued2016-06-04
dc.identifier.citationAnon, 2011. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38/2011Tentang Sungai, Indonesia. Anon, 2007. UU No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Indonesia. Ariyora, Y., Budisusanto, Y. & Prasasti, I., 2015. Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh dan SIG untuk Analisa Banjir (Studi Kasus: Banjir Provinsi DKI Jakarta). Geoid, 10(02), pp.137–146. BNPB, 2015. Data dan informasi bencana Indonesia. Profil kebencanaan. Available at: http://www.dibi.bnpb.go.id [Accessed January 12, 2015]. Heryani, N., 2008. Sistem pemanenan air hujan (rainwater catchment systems): dalam upaya pengelolaan banjir di daerah perkotaan. Available at: https://bebasbanjir2025.wordpress.com/ [Accessed January 14, 2016]. Junaidi, E., 2005. Mampukah tutupan lahan hutan mengatur proses tata air daerah aliran sungai (DAS) (Studi Kasus di DAS Cisadane). , pp.1–10. Nilda, Adnyana, I.W.S. & Merit, I.N., 2010. Analisis perubahan penggunaan lahan dan dampaknya terhadap hasil air di DAS Cisadane Hulu. Ecotrophic, 9(1), pp.35–45. Paimin et al., 2012. Sistem Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai H. Santoso & Pratiwi, eds., Bogor: Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi. Rahardjo, P.N., 2009. Masalah Banjir Sebagai Akibat dari Buruknya Sistem Pengelolaan DAS. Studi Kasus di DAS Cantiga Bintaro. J. Hidrosfir Indonesia, 4(1), pp.1–8.in_ID
dc.identifier.isbn978-602-361-044-0
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/8201
dc.description.abstractDAS Cisadane adalah salah satu dari 15 DAS Prioritas yang ditangani oleh Kementerian LHK sampai tahun 2019. Permasalahan yang ada pada DAS Cisadane adalah adanya banjir genangan pada bagian hilir. Penelitian yang dilaksanakan di DAS Cisadane ini bertujuan untuk mendapatkan metoda menentukan tingkat kerentanan DAS terhadap bahaya banjir. Bahaya banjir disebabkan karena kondisi kekritisan lahan serta hujan harian maksimum yang terjadi. Untuk mengetahui daerah yang mempunyai potensi memasok air banjir adalah melalui tumpangsusun peta-peta penutupan lahan, bentuk lahan dan hujan harian maksimum. Sedangkan daerah yang rentan mengalami kebanjiran ditunjukkan dari peta sistem lahan. Hasil studi menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor merupakan pemasok air banjir yang terbesar, yaitu 50,21 % diikuti Kabupaten Sukabumi sebesar 5,10%. Dari analisis peta, 3 (tiga) kecamatan yang memberi pasokan air banjir yang terbesar di Kabupaten Bogor adalah Kecamatan Nanggung, Pamijahan dan Leuwiliang. Sedangkan di Kabupaten Sukabumi, kecamatan yang memberi pasokan banjir terbanyak adalah Cicurug, Kabandungan dan Parakan Salak. Daerah yang rentan kebanjiran adalah Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang dan Kodya Tangerang, masing-masing 19,04, 18,78 dan 5,61%. Bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Bogor serta Kabupaten dan Kodya Tangerang berasal tidak hanya dari sungai Cisadane saja, melainkan dari sungai-sungai di sekitar Cisadane.in_ID
dc.language.isoidin_ID
dc.publisherMuhammadiyah University Pressin_ID
dc.subjectkerentanan banjirin_ID
dc.subjectpasokan airin_ID
dc.subjectdaerah kebanjiran DAS Cisadanein_ID
dc.titleKerentanan Banjir di Das Cisadanein_ID
dc.typeArticlein_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record