Peningkatan Kapasitas Desa Tangguh Bencana Terhadap Dampak Perubahan Iklim di Desa Jangkaran Kabupaten Kulonprogo
Date
2016-06-04Author
Putri, Dian Aditya Mandana
Handziko, Rio Christy
Metadata
Show full item recordAbstract
Desa Jangkaran merupakan desa pesisir dengan bentukan
estuari atau muara Sungai Bogowonto. Memiliki tipe pantai dengan
perairan terbuka yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia,
membuat pesisir Desa Jangkaran memiliki berbagai ancaman bencana
geologis dan hidrometeorologis. Sebagai Desa Tangguh Bencana, Desa
Jangkaran telah menentukan prioritas ancaman bencana yakni Tsunami,
membangun kesiapsiagaan, dan membentuk Forum Pengurangan Risiko
Bencana (FPRB). Dampak dan proses perusakan dari ancaman bencana
hidrometeorologis di Desa Jangkaran berjalan perlahan dan tidak langsung
seperti ancaman Tsunami. Sehingga dengan mekanisme peningkatan
kapasitas desa melalui Desa Tangguh Bencana, peningkatan kapasitas
masyarakat terhadap ancaman bencana hidrometeorogis sebagai dampak
perubahan iklim perlu dilakukan. Seperti halnya dengan pembentukan
Desa Tangguh Bencana, kegiatan pendampingan masyarakat ini bertujuan
untuk : 1.meningkatkan kesadaran masyarakat tentang adaptasi perubahan
iklim yang terjadi di wilayahnya, 2.menyusun langkah penanganan (action
plan) terhadap dampak perubahan iklim di Desa Jangkaran. Terdapat tiga
metode yang dilakukan antara lain PRA (Participatory Rural Appraisal),
Pelatihan dan Training of Trainer, dan aktualisasi action plan. Hasil PRA
menunjukkan bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim antara lain seperti
berubahnya pola tanam yang diikuti dengan perubahan pertanian sawah
dan tegalan menjadi budidaya tambak sehingga memicu usaha normalisasi
muara sungai yang berakibat genangan air sungai pada sawah-sawah di
sepanjang sempadan Sungai Bogowonto sebagai penurun salinitas tanah
dan hama sawah berkurang, terjadi pengikisan tanah (abrasi) pada
sepanjang sempadan sungai serta gelombang pasang menjadi bentuk
perubahan yang terasa. Bersanding dengan potensi ekosistem mangrove
asli yang dapat mulai direhabilitasi untuk mengurangi laju dan dampak
perubahan iklim. Rencana aksi yang disepakati adalah meningkatkan
kesadaran secara partisipatif oleh FPRB dan pengelolaan ekosistem
mangrove sepanjang sempadan Sungai Bogowonto