Literasi Mengungkap Mitos dan Mensugesti Kebenaran
Abstract
Literasi memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk opini. Bagaimana suatu literasi
dapat mengokohkan atau mematahkan suatu mitos dengan kebenaran, atau sebaliknya bagaimana
kokoh dan patahnya kebenaran dengan literasi mitos. Mitos adalah sebuah keyakinan yang dimiliki
sekelompok masyarakat terhadap suatu hal, kebenaran dalam konsep ini adalah suatu penemuan
yang diperoleh dengan metode ilmiah. Dengan demikian kata mitos dan kebenaran ditawarkan
dalam konteks ini dipertentangkan karena memiliki prosedur berbeda dalam menghadapi suatu
fakta. Mitos (yang pertama) lebih menekankan pada keyakinan sementara yang kedua lebih
menekankan pada proses berpikir. Kedua kata di atas menjadi menarik ketika antara keduanya
dijembatani oleh peran literasi.
Beragam mitos tersebar di masyarakat, di antaranya tentang fenomena alam, kehidupan, dan
sebagainya. Demikian juga tentang kebenaran. Oleh karena itu, tulisan ini ditujukan untuk
mengungkap literasi apa yang berperan pada mitos atau kebenaran tertentu. Dengan demikian
metode yang dilakukan lebih bersifat deskriptif dan teknik yang digunakan yaitu studi domumentasi
dan pustaka. Lingkup mitos dan kebenaran diperlukan guna membatasi penggunaan data.
Apabila merujuk pada literasi dalam pembelajaran maka tulisan ini lebih terlandasi oleh tujuan
literasi membaca dan berpikir (The Ontario Ministry of Education dalam Yunus Abidin, 2015).
Sementara berkenaan dengan mitos, tulisan terpandu oleh konsep Roland Barthers tentang mitos
dalam beragam fenomena kehidupan.
Mitos dan kebenaran merupakan dua hal yang mengindikasikan adanya perjalanan berpikir
manusia. Dalam temuan sejalannya literasi berjalan pula dinamika mitos dan kebenaran.
Terdapat tawaran literasi tentang mitos-mitos di samping beragam pula literasi yang menawarkan
kebenaran. Terdapat literasi yang mengukuhkan atau mematahkan mitos dan kebenaran tentang
makanan, kecantikan, kesehatan, dan kehidupan lain misalnya. Contoh mitos dalam pendidikan
misalnya “ganti mentri ganti kurikulum”. Mitos tersebut dikokohkan oleh kebenaran karena pada
kenyataaanya pergantian mentri berganti atau berubah pula kebijakan,termasuk kurikulum.