Perempuan, Pendidikan dan Kemiskinan di Kalimantan Selatan (Analisis Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012)
Abstract
Pendidikan yang dimiliki perempuan merupakan satu dari sekian
indikator kemiskinan. Seperti diketahui bersama pendidikan memiliki
banyak manfaat dan ketiadaan pendidikan membuat banyak kerentanan.
Ketiadaan pendidikan perempuan menjadi tolok ukur kualitas sumberdaya
manusia di suatu daerah. Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui
hubungan (1) pendidikan dengan usia perkawinan pertama perempuan; (2)
pendidikan dengan status pekerjaan perempuan; (3) pendidikan, usia
perkawinan pertama dan status pekerjaan perempuan dengan kemiskinan
yang dialami perempuan di Kalimantan Selatan. Analisis data sekunder dari
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 merupakan
metode tulisan ini. Kemiskinan sebagai variabel dependent dan pendidikan
formal, usia perkawinan pertama dan status pekerjaan perempuan sebagai
variabel independent. Perempuan yang dianalisis adalah perempuan usia
subur 15-49 tahun di provinsi Kalimantan Selatan. Hasil dari uji regresi
logistik linier adalah (1) perempuan yang tidak mengeyam pendidikan
formal menyebabkan 14,3 persen usia perkawinan pertamanya di bawah
16 tahun; (2) perempuan yang tidak mengeyam pendidikan formal
menyebabkan 1,4 persen perempuan tidak bekerja; (3) kemiskinan
disebabkan oleh 4,5 persen ketiadaan pendidikan formal, usia perkawinan
pertama di bawah 16 tahun 2 persen dan 0,9 persen karena tidak bekerja.
Agar sumber daya manusia khususnya perempuan di Kalimantan Selatan
memiliki kualitas yang baik perempuan wajib mengenyam pendidikan
formal minimal setara SMP/sederajat sesuai dengan program wajib
pendidikan dasar 9 tahun, mendewasakan usia perkawinan pertamanya
agar memiliki daya saing dan kesempatan bekerja sehingga mampu keluar
dari kemiskinan.