dc.identifier.citation | [1] Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kudus dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus, 2015, Kudus Dalam Angka 2011/2015, Kudus : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus. [2] Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kudus, 2015, Rancangan Review Rencana Tata Ruang WilayahKabupaten Kudus 2013. 2023, Kudus : Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kudus. [3] Chang, JH, 1974, Climate and Agriculture, An Ecological Survey. Aldine Publishing Company, Chicaho [4] Mock, F. J. 1973. Land Capability Apprassial Indonesia, Water Available Apprassial. FAO/UNDP. Working Paper No. 1. Bogor. Indonesia. [5] Syaifullah, D. 2004. Pembuatan Software Model Neraca Air Metode Thornth Waite-Mather, Laporan Teknis Intern. [6] Syaifullah, D. 2004. Analisis Spasialdefisit Air Kabupaten Kubus dan Peluang Penerapan Teknologi Cuaca, Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol. 5 No. 3 Jakarta. [7] Thornthwaite, C. W. and J. R. Mather,1957. Instructionand Tables for Computing Potential Evapotranspiration and the Water Balance. Publ.In Clim.Vol. X No. 3.Centerton. New Jesrey. | in_ID |
dc.description.abstract | Kekeringan merupakan salah satu fenomena yang terjadi sebagai dampak sirkulasi musiman
ataupun penyimpangan iklim global. Bencana kekeringan dipengaruhi oleh berbagai
penyebab seperti iklim yang menyebabkan musim kemarau panjang, intensitas curah hujan,
kontur dan penggunaan lahan. Faktor vegetasi dan daerah tangkapan air, tata kelola air dalam
memanfaatkan air ikut menjadi faktor penentu yang mempengaruhi ketersediaan air.
Pentingnya mengetahui daerah rawan bencana kekeringan adalah untuk mencegah dampak
yang lebih luas dari bencana kekeringan, maka diperlukan suatu identifikasi daerah rawan
bencana kekeringan dengan menggunakan beberapa parameter yang mempengaruhi seperti
curah hujan, kontur dan penggunaan lahan.
Sistem Informasi Geografis adalah suatu metode yang dipakai dalam penelitian ini karena
dinilai lebih efektif dan efisien dalam melakukan identifikasi daerah rawan bencana
kekeringan dengan proses join data spasial dan non spasial serta dilakukan tahapan overlay
sehingga dari seluruh parameter tersebut dapat diketahui kelas kerawanannya melalui harkat
kerawanan (Skoring) yang kemudian di bagi menjadi 3 (tiga) kelas kerawanan: Tidak
berpotensi, berpotensi dan sangat berpotensi. Analisa dari beberapa parameter tersebut
menghasilkan Peta Rawan Bencana Kekeringan Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah. | in_ID |