Pengelolaan Lahan Gambut dengan Pendekatan Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG)
Abstract
Indonesia memiliki luas lahan gambut 20,6 juta ha dan 6,44 juta ha (43 %)
terdapat di Sumatera. Problem utama pada lahan gambut adalah
hancurnya gambut yang diakibatkan oleh terganggunya hidrologi gambut
dalam bentuk kegiatan pengeringan untuk berbagai kepentingan.
Akibatnya lahan gambut mengalami penurunan (subsiden) dan mudah
terbakar. Subsiden mengakibatkan kerugian baik pada sektor pertanian,
perkebunan maupun pada sektor non pertanian seperti pada infrastruktur
saluran air, jalan. Kesatuan hidrologi gambut sebagai satuan hidrologi
memberikan informasi tinggi muka air tanah. Semakin basah lahan gambut,
maka kondisi gambut akan terjaga dari kerusakan. Kajian ini bertujuan
untuk menjelaskan pentingnya KHG sebagai pendekatan dalam mengelola
lahan gambut. Metoda yang digunakan adalah analisis land unit pada KHG.
Kajian ini menggunakan data ketebalan gambut, peta land unit, data
hidrologi, penutup lahan, dan peta RBI 50 K.Lokus kajian adalah Kabupaten
Kepulauan Meranti. Kajian ini menghasilkan 1. klasifikasi KHG berdasarkan
prosentase luas area ketebalan gambut yaitu KHG kelas 1 dengan cakupan
area ketebalan gambut dalam > 50% yakni di KHG yang masuk dalam land
unit Kubah gambut air tawar dan kubah gambut pasang surut; kelas 2 :
cakupan area ketebalan gambut dalam 50 %-20 %; dan yang masuk dalam
land unit Dataran Pasang Surut Vegetasi Campuran.. Semakin luas area
KHG kelas 1, potensi hidrologi untuk menopang lestarinya lahan gambut
semakin tinggi dan perlunya perlakuan aspek pengelolaan lahan gambut
yang berkelanjutan.