Evaluasi Kondisi Komunitas Konservasi Mangrove: Studi Kasus Lembaga Pelestari Mangrove dan Pesisir Wana Tirta Kulon Progo DIY
Abstract
Mangrove adalah salah satu sumberdaya alam dan salah satu “Common
Pool Resources/CPR” yang sangat penting karena menyediakan berbagai
manfaat bagi kehidupan manusia secara langsung maupun tidak langsung.
Pengelolaan mangrove yang telah terbukti sukses di berbagai wilayah baik
di dalam negeri maupun mancanegara menunjukkan bahwa komunitas
masyarakat lokal di sekitar ekosistem mangrove memiliki peran yang
sangat penting dalam menunjang keberhasilan pengelolaan ekosistem
tersebut. Salah satu komunitas konservasi mangrove yang cukup terkenal
di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah Lembaga Konservasi Mangrove
Wana Tirta (Wana Tirta) di Pedukuhan Pasir Mendit Kabupaten Kulon
Progo. Namun demikian, selama ini belum banyak studi mengenai evaluasi
terhadap kondisi Wana Tirta sebagai komunitas kunci dalam konservasi
mangrove di DIY khususnya di Kabupaten Kulon Progo. Oleh karena itu
penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi Wana Tirta dalam
rangka meningkatkan kinerja pengelolaan ekosistem mangrove di
Kabupaten Kulon Progo DIY. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni hingga
Agustus 2016 dengan menggunakan semi-structured, in-depth interviews
sebagai metode pengambilan data. Transkrip wawancara kemudian
dianalisa menggunakan Thematic Content Analysis (TCA) yang sudah
dimodifikasi berdasarkan Burnard (1991) dan Nilsson, Skär and Söderberg
(2015). Hasil TCA kemudian dianalisa lebih lanjut menggunakan 8 (delapan)
desain prinsip Ostrom (Ostrom 1990: 90) untuk mengevaluasi kondisi Wana
Tirta. Narasumber penelitian berjumlah 17 orang, dipilih secara purposive
dari berbagai institusi terkait pengelolaan mangrove di Kabupaten Kulon
Progo yang pernah berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung
dengan Wana Tirta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
beberapa faktor penunjang dan penghambat perkembangan Wana Tirta
sebagai aktor penting dalam pengelolaan mangrove di Kulon Progo. Faktorfaktor
tersebut berasal dari dalam Wana Tirta sendiri (internal faktor) dan
dari luar Wana Tirta (eksternal faktor). Untuk dapat mengembangkan
dirinya, Wana Tirta harus dapat mengatasi faktor penghambat dan secara
bersamaan meningkatkan kualitas faktor pendukung yang dimilikinya.
Dukungan berkelanjutan dari berbagai pihak sangat diperlukan dalam
pengembangan Wana Tirta terutama oleh “bridging institutions” yang telah
terbukti sebagai salah satu aktor kunci dalam menunjang perkembangan
Wana Tirta hingga saat ini.