Analisis unsur Semiotik Sesajen pada Upacara Ruwatan Anak Tunggal Laki-laki Adat Suku Jawa (Kajian Antropologi Sastra)
Abstract
Penelitian berjudul “Analisis Unsur Semiotik Sesajen pada Upacara Ruwatan Anak Tunggal Laki-laki Adat Suku Jawa” bertujuan mendeskripsikan secara objektif bentuk-bentuk sesajen serta makna dari diadakannya sesajen dalam upacara ruwatan. penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan semiotik kultural. Sumber data dalam penelitian ini adalah sesepuh dalang ruwat bapak Sumarno yang bertempat tinggal di desa Sidorahayu Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur, dan sesepuh dalang ruwat senior bapak Sukardi yang bertempat tinggal di desa sidodadi Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur serta buku Tradisi Ruwatan, Penulis Ragil Pamungkas, tahun 2008, selain itu penulis juga mengambil data melalui penelitian terjun langsung kelapangan pada saat diadakannya upacara ruwatan yang ada di desa Mergo Koyo Kecamatan Belitang Kabupaten OKU Timur. Sedangkan teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, teknik rekam, dokumentasi, teknik catat, dan pengamatan langsung di lapangan tempat upacara tersebut berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam setiap upacara ruwatan, khususnya ruwatan anak sukerto, tidak diharuskan menggunakan wayang kulit sebagai perantaranya, tergantung tingkat kemampuan ekonomi sang pemilik hajat tersebut. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa unsur semiotik dalam sesajen upacara ruwatan banyak mengandung simbol, indeks, dan tanda, yang dengan mempelajari hal tersebut dapat bermanfaat khususnya bagi generasi muda anak keturunan adat Jawa, maupun orang awam pada umumnya. Pesan yang dimaksudkan di dalam acara ruwatan di sini yaitu bahwa hakikinya kehidupan di dunia ini hanyalah tempat kita menanam/nandur sebuah kebaikan atau akhlak, apabila kita menanam dengan cara yang baik, benar, dan sesauai dengan tuntunan, maka kita akan memetik hasil dari tanduran kita itu dengan hasil panen yang memuaskan hati, namun apabila kita diqodar berbuat kekeliruan, khilaf, maka jangan gengsi untuk kembali bertaubat untuk menuju ridho-Nya. Berdasarkan simpulan di atas peneliti dapat memberi saran, bagi mahasiswa khususnya jurusan Magister Pendidikan Bahasa Indonesia hendaknya melestarikan sastra sebagai pembelajaran serta mengembangkannya dengan melalui pendekatan semiotik kultural maupun pendekatan-pendekatan lainnya. Di dalam sastra banyak sekali nilai didik positif yang dapat diambil manfaatnya, bagi penikmat sastra harus membaca dan mempelajari sebuah karya sastra dengan menghayati dan memahami apa yang ingin disampaikan oleh suatu Adat suku tertentu yang diyakininya.