dc.identifier.citation | [1] Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar, “Kabupaten Banjar Dalam Angka 2017,” BPS Kabupaten Banjar, 2017. [2] D. Werdiono, “Sedikitnya 13 Desa di Banjar Terendam Banjir,” https://sains.kompas.com/read/2013/01/11/13001939/sedikitnya.13.desa.di.banjar.terendam.ba njir, 12 Maret 2018, pkl. 20.10 WIB, 2013. [3] Y. M. P. Putra, “Banjir Landa Delapan Desa di Kabupaten Banjar Kalsel,” http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/12/30/nhe9b2-banjir-landa-delapan-desadi- kabupaten-banjar-kalsel, 12 Maret 2018, pkl. 20.15 WIB, 2014. [4] J. Marbun, “Kabupaten Banjar Kalsel Darurat Banjir,” http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/01/02/nhjn2c-kabupaten-banjar-kalseldarurat- banjir, 12 Maret 2018, pkl. 20.18 WIB, 2015. [5] Anonim, “Waspada, Ada 8 Kecamatan di Kabupaten Banjar Rawan Banjir,” http://kalsel.prokal.co/read/news/1253-waspada-ada-8-kecamatan-di-kabupaten-banjar-rawanbanjir, 12 Maret 2018, pkl. 20.22 WIB, 2016. [6] R. Irmita, “Banjir Ancam Kabupaten Banjar, BPBD Siapkan 1 Kontainer Logistik,” https://www.kanalkalimantan.com/banjir-ancam-kabupaten-banjar-bpbd-siapkan-1-kontainerlogistik/, 12 Maret 2018, pkl. 20.31 WIB, 2017. [7] M. L. Aziz, “Pemetaan Tingkat Kerentanan dan Tingkat Bahaya Banjir Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo Bagian Tengah di Kabupaten Bojonegoro,” Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: Skripsi, 2012. [8] A. Primayuda, “Pemetaan Daerah Rawan dan Resiko Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur,” Institut Pertanian Bogor. Bogor: Skripsi, 2006. [9] Th. D. Wismarini dan M. Sukur, “Penentuan Tingkat Kerentanan Banjir Secara Geospasial,” Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Volume 20, No.1, 57-76, 2015. [10] M. R. Amri, G. Yulianti, R. Yunus, S. Wiguna, A. W. Adi, A. N. Ichwana, R. E. Randongkir, dan R. T. Septian, “Risiko Bencana Indonesia,” Jakarta, BNPB, 2016. [11] Departemen Kehutanan, “Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah,” Direktorat Jendral Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Jakarta, 1986. [12] N. S. Haryani, A. Zubaidah, D. Dirgahayu, H. F. Yulianto, dan J. Pasaribu, “Model Bahaya Banjir menggunakan Data Penginderaan Jauh di Kabupaten Sampang,” Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 9, No. 1, 52-66, 2012. [13] D. S. A. Suroso, “Modul Manajemen Bencana di Indonesia: Bahaya Banjir,” Institut Teknologi Bandung, 2011. [14] R. U. Khairana, “Kerentanan Banjir di Bekasi,” http://www.academia.edu/12555014/Kerentanan_Banjir_di_Bekasi, 14 Maret 2018, pkl. 10.10 WIB, 2013. | id_ID |
dc.description.abstract | Kabupaten Banjar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang
sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah dan termasuk ke dalam Sub DAS
Martapura. Rendahnya letak Kabupaten Banjar dan wilayahnya yang dilewati sungai besar
menyebabkan aliran air pada permukaan tanah menjadi terhambat sehingga sebesar 29,93%
wilayah selalu tergenang dan sebesar 0,58% tergenang secara periodik. Dalam lima tahun
terakhir, terjadi banjir di Kabupaten Banjar terutama di Kecamatan Martapura, Kecamatan
Martapura Timur, dan Kecamatan Pengaron yang termasuk ke dalam Sub DAS Martapura.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran wilayah rawan banjir serta mengetahui
tingkat kerentanan fisik terhadap banjir di Kecamatan Martapura, Kecamatan Martapura
Timur, dan Kecamatan Pengaron. Penelitian ini menggunakan metode Sistem Informasi
Geografis (SIG) dengan analisis overlay untuk memperoleh sebaran wilayah rawan banjir
dan metode scoring untuk mengetahui tingkat kerentanan fisik terhadap banjir. Analisis
overlay dilakukan terhadap variabel-variabel fisik yang berpengaruh terhadap kejadian banjir,
yaitu penggunaan tanah, jarak dari sungai, kemiringan lereng, dan curah hujan, sementara
metode scoring mengacu pada ketentuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB). Tingkat rawan banjir diklasifikasikan ke dalam tiga kelas, yaitu sangat rawan,
rawan, dan cukup rawan. Hanya wilayah dengan tingkat sangat rawan yang akan dianalisis
tingkat kerentanan fisiknya terhadap banjir. Hasil pengolahan kerentanan fisik akan dibagi ke
dalam tiga kelas, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa
Kecamatan Pengaron memiliki tingkat kerentanan fisik yang rendah terhadap banjir (0,238),
sementara Kecamatan Martapura dan Kecamatan Martapura Timur memiliki tingkat
kerentanan fisik yang sedang terhadap banjir (0,347 dan 0,647). | id_ID |