dc.identifier.citation | Afrianto, E dan Liviawaty. 1993. Pemeliharaan Kepiting. Kanisius, Yogyakarta. Anggun sri, 2018. Biomorfometrik Kepiting Bakau (Scylla sp) Hasil tangkapan di perairan Semarang. Buletin Oceanografi Marina. Oktober 2018 Vol 7 No 2:81-90, ISSN : 2089-3507. http:// ejournal.undip.ac.id/index.php/buloma. Behera, B.C., R.R. Mishra, J.K. Patra, S.K.Dutta, and H.N. Thatoi. 2014. Physicochemical properties of water Samplecollected from mangrove ecosystemof Mahanadi River Delta, Odisha,India. American J. of Marine Science, 2(1):19-24. Chairunnisa, R. (2004). Kelimpahan kepiting bakau (Scylla sp.) di kawasan hutan mangrove KPH Batu Ampar, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama Yogyakarta. Hartnoll, R.G. 1969. Mating in the Brachyura. Crustaceana., 16 (2):161 – 181. Hill, B. J. (1975). Abundance, breeding and growth of the crab Scylla serrata in two South African estuaries. Marine Biology, 32, 119–126. Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2016. Pedoman Pemeriksaan/Identifikasi Jenis Ikan Dilarang Terbatas (Kepiting Bakau/Scylla spp.). diterbitkan oleh Pusat Karantina dan Keamanan Hayati Ikan Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan. ISBN 978-602-97141-1-1. Khan, M., & Mustaqeem, J. (2013). Carapace width weight relationship of mud crab Scylla serrata (Forskal, 1775) from Karachi Coast. Canadian Journal of Pure and Applied Sciences, 7(2), 2381-2386. Kordi, M. 1997. Budidaya Kepiting dan Bandeng di Tambak Sistem Polikultur. Dahara Prize, Semarang. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan. 2015. Penangkapan Lobster Panulirus spp., Kepiting Bakau Scylla spp., dan Rajungan Portunus pelagicus spp. Jakarta (ID): PERMEN – KP. Rodhouse, P.G., Roden, C.M., Hensey, M.P., McMahon, T., Ottway, B. and Ryan, T.H., 1984. Food resource, gametogenesis and growth of Mytilus edulis on the shore and in suspended culture. J. Mar. Biol. Ass., U.K., 64(3):513-529. Tanod, A. L. 2000. Studi Pertumbuhan dan Reproduksi Kepiting Bakau Scylla serrata, S. tranquebarica dan S. oceanica di Segara Anakan, Kab. Cilacap, Jawa Tengah. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tuhuteru, A. 2004. Studi Pertumbuhan dan Beberapa Aspek Reproduksi Kepiting Bakau Scylla serrata dan S. tranquebarica di Perairan Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Triyanto, N.I., I. Wijaya, T. Yuniarti,Widianti, F. Sutrisno. F. Setiawan, dan S. Lestari. 2013. Peranan ekologis hutan mangrove dalam Menunjang produksi kepiting perikanan bakau (Scylla serrata) di Kabupaten Berau. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan MLI I-2013. Hlm.:275-284. Wijaya, N.I., Yulianda, F., Boer, M dan Juwana, S. 2010. Biologi Populasi Kepiting Bakau (Scylla serrata F.) di Habitat Mangrove Taman Nasional Kutai Kabupaten Kutai Timur. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 36(3):443–461. | id_ID |
dc.description.abstract | Salah satu sumber daya alam laut indonesia yang bernilai ekonomis tinggi adalah Kepiting bakau (Scylla sp), hewan ini merupakan anggota dari kelompok Crustacea yang memiliki habitat di hutan mangrove. Pola pertumbuhan kepiting bakau di perairan estuari maupun di laut memiliki kebiasaan hidup yang berbeda, terutama dalam hal mencari makanan dan beradaptasi pada habitat mangrove. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis Biomorfometrik kepiting bakau ditinjau dari jumlah, sebaran frekuensi, rasio kelamin, Korelasi lebar karapas dan berat, dan faktor kondisi kepiting dikawasan hutan mangrove wilayah kabupaten Rembang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2019 dengan metode analisis deskriptif eksploratif. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kepiting sebanyak 164 ekor, terdiri dari 102 ekor jantan dan 62 ekor betina, perbandingan rasio jantan dan betina 1,64 : 1,0 . ukuran lebar karapas antara 60,00 – 122,98 mm dengan berat antara 60,0 – 345,6 g. Pola pertumbuhan kepiting bersifat allometrik negatif dan allometrik positif, nilai faktor kondisi berkisar 1,003 – 1,025. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Biomorfometrik kepiting bakau di hutan mangrove kabupaten Rembang bersifat Allometrik negatif maupun positif dengan nilai faktor kondisi (kn) kategori Rendah, hal ini dipengaruhi oleh asupan makanan maupun kondisi lingkungan seperti vegetasi mangrove, ph, salinitas, karakter substrat dan suhu. | id_ID |