dc.identifier.citation | Dwiyanto, J.S, (2010), “Laporan Akhir Grouting pada Kantor PT. BNI Cabang Karangayu Semarang”, PT. Selimut Bumi Adhi Cipta, Semarang. Dwiyanto, J.S, (2013), “Laporan Akhir Perbaikan Pondasi dan Talud dengan Metode Grouting Semen pada Gedung Diklat RS Paru Ario Wirawan Salatiga”, PT Selimut Bumi Adhi Cipta, Semarang. Dwiyanto, J.S, Upomo, T.C, Junaidi, D., (2009), “Perbaikan Tanah Menggunakan Grouting Semen untuk Meningkatkan Kapasitas Tiang Studi Kasus RS. Roemani Semarang”, Prosiding HATTI PIT XIII, Denpasar, Bali. Ling, H.I, Wu, M.H, Leshchinsky, D., Leshchinsky, B., (2009), “Centrifuge modeling of slope instability, Journal of Geotechnical and Geoenvironmental Engineering”, ASCE, June 2009. Upomo, T.C, (2011), “Laporan Evaluasi Hasil Grouting - Gedung Bank Tabungan Negara (Persero) TBk Kantor Cabang Palangkaraya”, PT. Selimut Bumi Adhi Cipta, Semarang. Wesley, L.D.,(2010),”Geotechnical engineering in residual soils”, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey. | id_ID |
dc.description.abstract | Pekerjaan grouting semen pada tanah urugan gedung diklat salah satu rumah sakit di Salatiga – Jawa Tengah bertujuan memperbaiki sifat mekanis tanah urugan yang tidak dikontrol kepadatannya.Upaya ini dilakukan untuk meminimalkan deformasi yang terjadi pada talud penahan tanah selama musim penghujan di awal tahun 2013.Terus bergeraknya talud batu kali ini dikhawatirkan akan menyebabkan kegagalan struktur pondasi kanopi yang dasar pondasinya masih menumpang pada tanah urugan. Grouting semen merupakan salah satu metode perbaikan tanah dengan cara menyuntikan pasta semen ke dalam tanah dengan tekanan tertentu melewati lubang bor. Pasta semen tersebut akan mengisi pori-pori tanah ataupun rekahan-rekahan pada tanah atau batuan (permeation grouting) sehingga akan meningkatkan kekuatan geser tanah. Keadaan tanah di lokasi studi dapat digolongkan sebagai Formasi Vulkanis, yakni tanah yang berasal dari pelapukan bahan ini adalah tanah residual.Tanah timbunan yang digunakan di lokasi studi berasal dari tanah setempat dengan jenis tanah berupa lempung kelanauan berbutir kasar. Berdasarkan hasil pengujian sondir, pada kondisi sebelum digrouting rata-rata qc = 6 kg/cm2 dan menjadi rata-rata qc = 10 kg/cm2 pada kondisi sesudah digrouting. Terjadi penambahan nilai geseran total (Tf) pada kedalaman dasar sumuran pondasi pelat -3,40 meter sebesar 35 kg/cm. Bertambahnya nilai qc signifikan terjadi pada kondisi kepadatan tanah yang buruk dengan qc=4kg/cm2. Untuk perhitungan stabilitas eksternal talud, nilai kohesi (c) tanah timbunan diasumsikan nol. Stabilitas talud terhadap geser terjadi peningkatan nilai faktor aman dari SF=0,83 menjadi 1,53. Sedangkan stabilitas terhadap guling dan kapasitas dukung tanah tidak terjadi peningkatan yang signifikan karena lebar dasar talud tidak memenuhi persyaratan kestabilan. | id_ID |