dc.identifier.citation | 1. Prihantoro T, Siwiendrayanti A. Karakteristik dan Kondisi Lingkungan Rumah Penderita Leptospirosis di Wilayah Kerja Puskesmas Pegandan. J Heal Educ. 2017;2(2):185-191. 2. Widjajanti W, Hayani Anastasia, Rosmini, Veridiana NN, Tri W, Yuana. Kewaspadaan Dini Kasus Leptospirosis. Vektora. 2017:59-68. 3. Supranelfy Y, Suryaningtias NH, Oktarina R. Analisis Faktor Lingkungan Terhadap Distribusi Jenis Tikus Yang Terkonfirmasi Sebagai Reservoir Leptospirosis Di Tiga Kabupaten Di Provinsi Sumatera Selatan. Vektora. 2019;11(1):31-38. 4. Nugroho A. Analisis Faktor Lingkungan dalam Kejadian Leptospirosis di Kabupaten Tulungagung Analysis of Environmental Factors for Leptospirosis Cases in Tulungagung District. Balaba. 2015;11(123):73-80. 5. Nugroho A, Joharina AS, Susanti L. Karakteristik Lingkungan Abiotik dan Potensi Keberadaan Leptospira Patogenik di Air Dalam Kejadian Luar Biasa Leptospirosis di Kota Semarang. Vektora. 2017;9(1):37-42. 6. Bejo SK, Bahaman AR, Saad MZ, Mutalib AR. The Survival of Leptospira interrogans Serovar Hardjo in the Malaysian Environment. J Anim Vet Adv. 2004;3(3):123-129. 7. Isikhnas. Manual Penyakit Hewan Mamalia. In: Wiki iSIKHNAS. ; 2012:42-48. 8. Khariri. Survei keanekaragaman tikus sebagai hewan pembawa bakteri Leptospira di Provinsi Jawa Tengah. In: Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversity Indonesia. Vol 5. ; 2019:42-45. doi:10.13057/psnmbi/m050109. 9. Suratman. Analisis Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Leptospirosis Berat di Kota Semarang (Studi Kasus Leptospirosis yang Dirawat di Rumah Sakit Dr . Kariadi Semarang). 2006. 10. Ristiyanto, Handayani FD, Boewono DT, Heriyanto B. Penyakit Tular Rodensia. Gadjah Mada University Press; 2014. 11. Handayani FD, Ristiyanto. Rapid Assesment Inang Reservoir Leptospirosis Di Daerah Pasca Gempa Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Bul Penelit Kesehat. 2005;36(1):1-9. 12. Wulansari, Saptorini KK. Faktor Lingkungan Dan Perilaku Masyarakat Dengan Kejadian Leptospirosis Di Wilayah Puskesmas Kedungmundu Semarang. J Chem Inf Model. 2013;53(9):1689-1699. doi:10.1017/CBO9781107415324.004. 13. Agus Priyanto, Soeharyo Hadisaputro, Ludfi Santoso, Hussein Gasem SA. Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Leptospirosis (Studi Kasus di Kabupaten Demak). Epidemiologi. 2008:1-11. 14. Joharina AS, Bagus D, Putro W, Ardanto A, Mulyono A. Identifikasi Hewan Reservoir Di Daerah Peningkatan Kasus Leptospirosis Di Desa Pagedangan Ilir , Kecamatan Kronjo ,Kabupaten Tangerang Tahun 2015. Vektora J Vektor dan Reserv Penyakit. 2018;10(1):59-66. 15. Ningsih DP, Sholichah Z. Kajian Reservoir Leptospira di Daerah Sporadis Leptospirosis Kabupaten Purworejo , Jawa Tengah. J MKMI. 2018;14(1):61-67. | id_ID |
dc.description.abstract | Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan bakteri Leptospira sp. dan bersifat zoonosis atau bisa menular dari hewan ke manusia. Reservoir utama dalam penularan Leptspirosis adalah tikus. Manusia dapat terinfeksi apabila kontak dengan urin tikus yang terinfeksi atau air dan makanan yang terkontaminasi bakteri Leptospira sp. Pada tahun 2019 dilaporkan adanya tikus yang terinfeksi leptospirosis di Kabupaten Donggala. Hal tersebut menjadi kewaspadaan karena tidak menutup kemungkinan akan terjadinya penularan ke manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis tikus yang tertangkap dan parameter lingkungan abiotik di Kabupaten Donggala. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan September sampai November 2019 di Desa Lalombi, Kabupaten Donggala. Penangkapan tikus dilakukan selama tiga malam berturut-turut menggunakan 100 perangkap yang disebar di rumah warga dan kebun – kebun disekitar pemukiman warga. Pada penelitian juga dilakukan pengukuran parameter lingkungan abiotik, yaitu pH tanah, suhu, dan kelembaban. Hasil pemasangan perangkap didapatkan sebanyak 32 ekor tikus (trap success 10,67%). Jenis tikus yang tertangkap adalah Rattus tanezumi (32 ekor). Jumlah tikus yang terinfeksi leptospirosis sebanyak 7 ekor (21,87%). Hasil pengukuran parameter lingkungan abiotik di Desa Lalombi di daerah pemukiman warga yaitu pH tanah 6, suhu 32,05oC, dan kelembaban 43%. Pengukuran parameter lingkungan di daerah kebun, pH tanah 6,5, suhu 31,7oC, dan kelembaban 48,5%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lingkungan abiotik Desa Lalombi berpotensi dalam penularan leptospirosis, sehingga perlu diwaspadai adanya penularan leptospirosis ke manusia. | id_ID |