THE EFFECTS OF ERROR TREATMENT ON INTERLANGUAGE OF INDONESIAN LEARNERS LEARNING ENGLISH AS A FOREIGN LANGUAGE
Abstract
Kesalahan antar bahasa selalu terjadi dalam pembelajaran bahasa asing. Kesalahan
ini menjadi sumber untuk mempelajari sistem antar bahasa siswa (peserta didik). Hans
(2004) mengulas beratus-ratus penelitian antar bahasa siswa dan menarik simpulan
bahwa ada dua pandangan yang sangat berbeda. Pertama. Perlakuan kesalahan memiliki
nilai yang tak pasti dalam pemerolehan bahasa kedua di kelas (Krashen 1982). Peserta
didik usia dewasa tidak memerlukan koreksi melalui cara-cara yang bermanfaat;
dengan demikian, peran guru adalah memberikan pengetahuan yang dapat dipahami
bagi para peserta didik untuk melanjutkan ke tahap antar bahasa berikutnya. Perlakuan
kesalahan memiliki sedikit nilai dalam pemerolehan bahasa kedua karena penanaman
antar bahasa (Mukkatash 1987; Thep-Ackrapong 1990). Pandangan ini sesuai dengan
pendapat Patkowsky (1980), dan Johnson dan Newport (1989) yang menyatakan bahwa
penanaman dikarenakan CP. Pendapat yang demikian ini berbeda dengan ide yang
dikemukakan oleh White (1991), Spada dan Lightbown (1993), dan Muranoi (2000).
Mereka berpendapat bahwa perlakuan kesalahan sangat penting dalam pembelajaran
bahasa asing. Para siswa dapat mengambil banyak manfaat dari perlakuan kesalahan
karena mereka dapat mengembangkan sistem antar bahasa pada tingkat keakuratan
yang lebih tinggi. Pandangan ini sejalan dengan Scovel (1988), White dan Genesee
(1996), dan Bialystok (1997) yang menentang eksistensi CP dalam pemerolehan bahasa
kedua; barangkali CP dapat diterapkan pada pemerolehan fonologi tetapi bukan
sintaksis. Oleh karenanya, tata bahasa dapat dipelajari oleh siswa pada usia berapapun.
Penelitian ini meneliti efek perlakuan kesalahan jangka pendek terhadap kesalahan
antara bahasa, dengan lebih menekankan pada item tak gramatikal yang dibuat oleh
peserta didik. Rumusan masalah dalam peneltiian ini adalah “Apa efek perlakuan
kesalahan terhadap item tak gramatikal yang dibuat oleh peserta didik? Apakah item
tak gramatikal ditanamkan (dalam pengertian bahwa item tersebut pada dasarnya
bersifat statis) atau dinamis setelah mereka memahami perlakuan kesalahan? Data
dalam penelitian ini berupa penulisan komposisi bebas oleh siswa yang dikumpulkan
empat kali: sebelum dan setelah perlakuan kesalahan dan dua bulan setelah itu. Data
dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan kesalahan merubah item tak gramatikal. Item ini menjadi sangat dinamis.
Pada periode tertentu, beberapa item tampak dinamis; kemudian, dikarenakan
perlakukan kesalahan, beberapa item tampak tak satbil, beberapa berubah-ubah dan
sebagian lainnya masih tampak stabil. Kesalahan-kesalahan baru nampak ketika siswa
mulai belajar menggunakan item gramatikal baru. Dapat ditarik simpulan bahwa
perlakuan kesalahan dapat merubah keadaan kesalahan antar bahasa peserta didik;
perlakuan kesalahan memberikan kontribusi pada proses ketidakstabilan. Kesalahan
dapat berlangsung sebentar tetapi kesalahan ini dapat bersifat tak stabil. Perlakukan
kesalahan masih dapat terjadi pada para siswa usia dewasa (setelah usia remaja).
Dengan demikian, sangat memungkinkan para siswa untuk mendapatkan pembelajaran
tababahasa yang lengkap karena item tak gramatikalnya bersifat dinamis.