dc.identifier.citation | Chaplin, J.P. (2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.. Firdaus, K. (2004). Distress dan Perilaku Koping pada Perawat RSU. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS. Gunawidjaja, R. (2007). Pelatihan Social Stories dan Visual Support dan Keterampilan Guru Meningkatkan Perilaku Sosial Awareness Anak Autis. Anima Indonesian Psychological Journal. Vol 22. No:3. 221-236. Hadis, A. (2006). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus-Autistik. Bandung: Alfabeta. Handoyo, Y. (2003). Autisma. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Hapsari, RA., Karyani,U., Taufik. (2002). Perjuangan Hidup Pengungsi Kerusuhan Etnis (Studi Kasus tentang Perilaku Coping pada Pengungsi di Madura). Indegenous Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi. Vol 6. No: 2. 122-129. Indirawati, Emma. (2006). Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan Kecenderungan Strategi Koping. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Vol 3. no: 2. 69-92. Judarwanto, W. (2006). Autism in Children (Deteksi Dini dan Skrening Autis). Diperoleh dari http:// www.blogsom.com .Moleong, LJ. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurhayati. (2003). Dinamika Psikologis Orang Tua Penderita Autisme. www.digilib.itb.ac.id. Diakses 7 januari 2009. Rustiana, H. (2003). Gambaran Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan Perilaku Coping Anak- Anak Korban Kerusuhan Maluku Utara. Tazkiya. Vol 3. No: 1. 46-64. Saharso, D. (2004). Peran Neurologi Pediatri dalam Usaha Melawan Autisme. Anima Indonesian Psychological Journal. Vol 20. No: 2. 116-127. Sugiarto, S., dkk. (2004). Pengaruh Social Story Terhadap Kemampuan Berinteraksi Sosial pada Anak Autis. Anima Indonesian Psychological Journal. Vol 19. No: 3. 250-270. Tanjung, A._____. Anak Idaman bagi Keluarga. www.bkkbn.go.id. Diakses 18 Oktober 2008. Wanei, GK dan Sudarnoto, LFN. (2005). Survei Kebutuhan Guru Pembimbing Anak Autism Spectrum Disorder (ASD). Jurnal Psiko- Edukasi. Vol 3. No: 3. 91-111. Widodo. (2008). Autisme dan Pentingnya Detiksi Dini (1). www.wikimu.com | en_US |
dc.description.abstract | Autis merupakan grey area dibidang kedokteran, yang artinya masih merupakan suatu
hal yang penyebab, mekanisme, dan terapinya belum jelas benar. Permasalahan yang dihadapi
oleh orang tua yang mempunyai anak autis ini memerlukan pemecahan sebagai upaya untuk
beradaptasi terhadap masalah dari tekanan yang menimpa mereka. Konsep untuk memecahkan
masalah ini disebut coping. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui orientasi strategi coping
yang digunakan oleh orang tua untuk menghadapi anak penderita autis, bagaimana bentuk perilaku
coping yang digunakan, dan apa dampak perilaku coping tersebut bagi orang tua. Subjek penelitian
ini adalah orang tua yang mempunyai anak autis yang bersekolah di SD PLUS Harmony. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah interview, sedangkan teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis induktif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi coping pada
orang tua yang mempunyai anak autis berorientasi pada penyelesaian masalah yang dihadapi
(Problem Focused Coping), sedangkan bentuk perilaku coping yang muncul yaitu Instrumental
Action yang termasuk dalam Problem Focused Coping dan Self-Controlling, Denial, dan Seeking
Meaning yang termasuk dalam Emotion Focused Coping. Dampak positif dari perilaku coping
yang dilakukan oleh orang tua yaitu Exercised Caution dan Seeking Meaning, sedangkan dampak
negatif yang muncul diatasi orang tua dengan Intropersitive, Negotiation, dan Accepting
Responbility. | en_US |